Oleh : Ary Ditio Baihaqi (@arybaihaqi_10)
Masa Transfer musim dingin memang sudah berakhir beberapa minggu lalu. Seluruh tim khususnya di Eropa sudah bersih-bersih dan bersiap kembali untuk menghadapi putaran kedua Liga masing-masing. Berbagai alasan menjadi dasar mengapa mereka harus repot lagi mendatangkan pemain baru. Yang paling menarik perhatian, tentu saja kedatangan Bruno Fernandes ke Manchester United setelah kabarnya hanya sebatas hembusan isu belaka.
(pict: fcbarcelona)
Dan yang terbaru kali ini datang dari tim raksasa asal Spanyol, FC Barcelona, yang resmi mendatangkan Martin Braithwaite dari Leganes dengan mahar 18 Juta Euro. Wajar jika banyak orang yang belum mengetahui namanya, karena sepanjang karir sepakbolanya belum pernah ia memperkuat tim dengan nama besar seperti Barcelona.
Kedatangan Braithwaite juga tak lepas dari situasi darurat yang kini tengah melanda kubu Barcelona dimana beberapa pemainnya mengalami cedera, seperti Ousmane Dembele dan Luis Suarez. Hal itu yang mendasari kenapa Barcelona diperbolehkan untuk mendatangkan pemain baru diluar masa transfer yang berlaku.
Baca Juga : Meredupnya Sang Bintang Muda Portugal, Joao Felix
RFEF menerapkan sebuah aturan baru dimana sebuah tim diperbolehkan untuk mendatangkan pemain jika salah satu pemain dari timnya mengalami cedera yang harus memaksa si pemain absen dalam waktu yang lama atau lebih dari 5 bulan. Aturan ini juga hanya memperbolehkan sebuah tim untuk mendatangkan pemain yang hanya terdaftar di Liga Spanyol saja. Sebelum menjatuhkan pilihan pada Braithwaite, Barcelona sempat dihubungkan dengan beberapa penyerang La Liga lainnya seperti Willian Jose, Loren Moron dan Inaki Williams. Namun tidak ada yang pada akhirnya mencapai kesepakatan secara resmi.
Braithwaite mengikuti jejak para pendahulunya seperti Allan Simonsen, Michael Laudrup, Ronnie Ekelund, dan Thomas Christiansen sebagai orang Denmark yang pernah membela panji klub asal Catalan dalam rentang tahun 90an. Kedatangan Martin Braithwaite tentu mengundang tanda tanya besar bagi para pendukung Blaugrana, entah itu mengenai sepak terjangnya sebelum resmi berseragam Barcelona atau catatan statistik penampilannya selama memperkuat tim-tim sebelumnya.
Sebagai seorang penyerang, Braithwaite bukanlah pemain yang sebenarnya bisa diharapkan untuk konsisten mencetak gol demi gol disetiap pekannya. Statistik mencatat bahwa dalam satu musim ia tidak pernah mencetak gol lebih dari satu digit, yang artinya, produktivitas golnya sangat minim. Terlebih, ia lebih sering bermain bersama tim-tim medioker dan tidak memiliki pengalaman bersama dengan kesebelasan ternama. Musim terbaiknya ia catatkan kala berseragam FC Toulouse dalam rentang musim 2013 hingga 2017, dimana saat itu dari 136 penampilan ia berhasil mencetak 35 gol dan menjadi andalan bagi lini serang FC Toulouse saat itu.
Braithwaite saat memperkuat Toulouse FC (pict: lequipe.fr)
Namun setelah pergi dari Toulouse karirnya tidak berkembang, ia tidak mampu untuk menarik perhatian tim-tim besar dan karirnya lebih banyak dihabiskan sebagai pemain pinjaman. Tercatat ia pernah menjadi bagian dari Bordeaux dan Leganes sebagai pemain pinjaman dari Middlesbrough. Disana, penampilannya pun tidak begitu istimewa, sebelumnya akhirnya dimusim 2019/2020 Leganes resmi mempermanenkannya setelah melewati masa peminjaman selama satu musim.
Kedatangan Braithwaite yang diluar dugaan bukan kali ini saja pernah dilakukan oleh Barcelona, sebelumnya yang terbaru mereka juga pernah mendatangkan seorang Kevin Prince Boateng pada awal tahun lalu dengan status pinjaman dari Sassuolo. Kedatangannya benar-benar tidak diperkirakan, sebelum akhirnya pemain berkebangsaan Ghana itu gagal memberikan impresi dan hanya mampu tampil sebanyak 3 pertandingan saja secara keseluruhan.
Nyatanya, hingga kini sudah banyak pemain yang datang ke Barcelona sebelum Braithwaite dan diprediksi bakal menuai sukses besar, tapi pada akhirnya malah gagal dan tersisihkan. Philipe Coutinho jadi contoh nyata atas kejadian itu. Didatangkan dengan mahar yang sangat besar, yakni 145 juta euro, namun penampilannya tidak sebanding dengan harganya. Coutinho kesulitan untuk menyatu dengan Lionel Messi dan kolega yang membuat permainnya tidak maksimal dan berkembang. Sebelum akhirnya dipinjamkan ke Bayern Munich musim ini, total Coutinho telah memperkuat Barcelona sebanyak 52 pertandingan dengan torehan 13 gol.
Kemudian ada Malcom yang juga senasib dengan Coutinho. Sebelum direkrut Barcelona pada musim 2018/2019, Malcom memperkuat kesebelasan yang bermain di Ligue 1 Perancis, Bordeaux. Disana ia mampu tampil luar biasa hingga menarik perhatian sejumlah klub Eropa, salah satunya Barcelona.
Coutinho dan Malcom gagal memberikan penampilan terbaik untuk Barcelona
Untuk mendapatkan Malcom Barcelona bahkan sampai harus bersitegang dengan AS Roma, tim yang sudah lebih dulu mencapai kesepakatan dengan Malcom, sebelum akhirnya sang pemain lebih tertarik untuk pindah ke Barcelona dan kesepakatan dengan AS Roma pun batal terlaksana. Di Barcelona Malcom benar-benar gagal total. Ia gagal bersaing dengan para bintang lainnya seperti Lionel Messi, Luis Suarez. Dan juga Philippe Coutinho. Ia jarang mendapat tempat disebelas utama dan lebih sering dicadangkan. Pemain muda asal Brazil ini hanya mencatatkan 15 penampilan dan mencetak 1 gol selama semusim membela Barcelona. Kini ia melanjutkan karirnya bersama Zenit St. Petersburg setelah pada awal musim ini akhirnya ia dilepas oleh Barcelona.
Barcelona memang menjadi daya tarik bagi seluruh pesepakbola diseluruh dunia. Bermain untuk Barcelona seolah menjadi impian paling besar. Tak terkecuali bagi Braithwaite. Walau menjanjikan kebanggaan tiada tara dan potensi menjadi juara yang besar disetiap musimnya, namun untuk menjadi bagian dari Barcelona secara utuh bukanlah hal yang mudah. Berbagai tekanan yang muncul yang menuntut setiap pemain untuk tampil “hebat” disetiap minggu adalah hal yang mengerikan bagi pemain yang memang “belum” siap untuk menghadapinya.
Kesempatan bagi Braithwaite untuk membuktikan diri di Barcelona (pict: soccratesimage/gettyimages)
Para supporter siap untuk mencela, dan memaki andai sang pemain bermain tidak sesuai dengan keinginan mereka. Selain harus fokus untuk tampil bagus disetiap pertandingan, pemain juga harus siap untuk bersaing memperebutkan sebelas utama terlebih dulu. Yang artinya, bahkan persaingan ketat telah muncul bahkan diantara rekan sendiri.
Bagi Barcelona, sebenarnya menjadi sebuah kerugian karena mereka tidak memanfaatkan akademi sepakbola mereka sendiri yang terkenal menelurkan banyak bakat hebat, La Masia. Belakangan banyak orang mempertanyakan mengapa Barcelona tidak lagi mempercayai timnya di isi oleh alumni La Masia. Saat ini praktis hanya Ansu Fati lulusan La Masia yang baru-baru ini mampu mendobrak tim utama dan mendapat waktu bermain reguler, sementara yang lainnya tersisihkan. Hal ini pun diamini oleh sang legenda klub asal Brazil, Rivaldo, yang menyayangkan keputusan Barcelona untuk tidak memanfaatkan La Masia dengan sebaik-baiknya dan malah memilih untuk mendatangkan banyak pemain baru.
Walau kini banyak yang meragukannya, bukan berarti Braithwaite akan segera menyusul para pemain yang terlebih dulu gagal memberikan kontribusi di Barcelona. Ini adalah saat yang tepat baginya untuk membuktikan kepada semua yang meragukannya dengan memberikan penampilan terbaik. Karena maksud kedatangannya kali ini adalah untuk menggantikan pemain yang akan absen, artinya kesempatan untuk bermain akan terbuka lebar, dan saat itulah Braithwaite harus menunjukan kapasitasnya dan menunjukan kepada dunia bahwa ia layak berseragam Blaugrana dan mewujudkan impiannya itu.