Oleh : Ary Ditio Baihaqi (@arybaihaqi_10)
Dalam dunia sepakbola pasti akan selalu ada kaitannya dengan pemain muda. Ya, subjek ini akan selalu ada dan selalu menjadi hal yang sangat menarik untuk dibicarakan. Dengan begitu kemunculan pemain muda dalam dunia sepakbola sudah menjadi hal biasa, namun bagaimana dengan pelatih muda? Hal ini sepertinya jarang di dengar bagi sebagian kalangan pada umumnya.
Sebenarnya sekarang sudah banyak beberapa tim yang mempercayakan kursi kepelatihannya diambil alih oleh pelatih muda, di Spanyol ada Javier Calleja yang menukangi Villareal, di Inggris ada dua nama pemain legenda yang kini melatih tim semasa mereka bermain, Frank Lampard di Chelsea dan Ole Gunnar Solksjaer di Manchester United, kemudian di Jerman ada Niko Kovac yang melatih tim raksasa Bayern Munich.
Namun ada satu nama yang sangat menarik perhatian bahkan sejak beberapa musim lalu, melatih sebuah tim di Jerman juga dan merupakan rival Niko Kovac saat ini, ia adalah Julian Nagelsmann.
Baca Juga : Borussia Dortmund, Yang Tak Pernah Lelah "Berkarya"
Nagelsmann memulai karir kepelatihannya ketika dipercaya menjadi asisten pelatih Hoffenheim di musim 2012/13 saat usianya baru menginjak 26 tahun. Dan setelah itu dia diberi kepercayaan untuk menangani tim kelompok usia mulai dari U-16 hingga U-19, kemampuan manajerialnya banyak berkembang disana bahkan sempat menghantarkan tim U-19 Hoffenheim menjadi juara di Bundesliga U-19.
Berkat pencapaiannya ini, Nagelsmann dipercaya untuk menangani tim senior Hoffenheim dipertengahan musim 2015/16 menggantikan Huub Stevens karena alasan kesehatan. di usianya yang ke-28 tahun, Ia menjadi pelatih termuda sepanjang sejarah Bundesliga.
Tugas pertamanya bisa dibilang sangat berat, menyelamatkan tim dari ancaman degradasi yang ada di depan mata. Berkat tangan dingin dan kecermatannya sebagai pelatih, akhirnya ia sukses menjalani misi pertamanya ini dengan menyelamatkan Hoffenheim dari ancaman turun kasta.
Dari yang musim lalu hampir degradasi, siapa yang sangka di musim selanjutnya Hoffenheim tampil spektakuler di bawah arahan Nagelsmann. Di musim perdananya bersama Hoffenheim secara penuh ia berhasil membawa tim mengakhiri musim di peringkat 4 dan masuk zona kualifikasi Liga Champion.
Ia berhasil mengangkat nama-nama seperti Andrej Kramaric, Sandro Wagner, Oliver Baumann, Nico Schulz yang mampu tampil cemerlang sepanjang musim. Berkat pencapainnya bersama Hoffenheim Nagelsmann dinobatkan sebagai German Football Manager Of The Year 2017.
Di musim selanjutnya tepatnya 2017/18 Nagelsmann kembali menunjukan kapasitasnya dengan membawa Hoffenheim berada di papan atas bersaing dengan Bayern Munich dan Borussia Dortmund. Hoffenheim tampil konsisten dan berhasil mengakhiri musim di peringkat 3, walau dimusim tersebut mereka gagal total di kompetisi antar klub Eropa.
Kesuksesannya sebagai pelatih di usia yang masih sangat muda menyimpan kisah pahit di dalamnya. Dulu sebagai seorang pesepakbola karirnya sangat singkat akibat cedera yang memaksanya harus pensiun lebih dini dan harus mengubur mimpinya dalam-dalam sebagai seorang pesepakbola professional.
Namun ambisi besarnya di sepakbola tidak padam, ia mengambil kursus kepelatihan, sempat berada dibawah asuhan Thomas Tuchel ketika sama-sama berada di Augsburg, Tuchel mengatakan bahwa Nagelsmann merupakan sosok pekerja keras dan memiliki potensi besar.
Nagelsmann dan Tuchel dipertemukan di tim yang berbeda
Nagelsmann memiliki karakter yang kuat sebagai seorang pelatih hingga di juluki sebagai “baby mourinho”. Ia memiliki pandangan yang kuat mengenai sepakbola menyerang yang agresif, menekan hingga ke area pertahanan lawan, hal itu terbukti di musim 2017/18 Bundesliga, di jajaran 4 besar Hoffenheim menjadi tim paling produktif kedua dengan raihan 66 gol, lebih baik dari Dortmund dengan 64 gol dan Schalke dengan 53 gol. Mark Uth, Andrej Kramaric, dan Serge Gnabry menjadi instrumen penting dengan catatan masing-masing dua digit gol sepanjang musim.
Bagaimana Nagelsmann merubah Hoffenheim
Nagelsmann juga pelatih yang kerap mendengarkan apa yang disampaikan oleh para pemain, ia mendengarkan berbagai keluhan yang ada dan berusaha untuk memperbaikinya. Sebagai pelatih ia jauh dari kata arogan.
Hal ini juga pernah disampaikan oleh mantan anak asuhnya, Niklas Süle dalam sebuah wawancara. Ia juga mengatakan bahwa Nagelsmann merupakan pelatih yang cerdik dalam menerapkan taktik dan bagaimana ia men-set up latihan untuk timnya, “dia adalah pelatih yang sangat teliti dan memiliki banyak ide, dia menerapkan metode latihan yang tidak pernah ketahui sebelumnya”.
Mengenai gaya bermain, Nagelsmann mengatakan bahwa dalam filosofinya ada sedikit gaya yang ia tiru dari seorang Thomas Tuchel. Ia juga sangat kagum dengan bagaimana cara bermain yang di tunjukan oleh Guardiolla semasa di Bayern Munich dan kini di Manchester City.
Dan yang paling utama Nagelsmann selalu mempercayakan peranan penting di timnya kepada pemain muda. Sudah ada beberapa pemain yang kini bersinar berkat polesan tangan dinginnya, salah satunya Nicklas Süle yang kini memperkuat Bayern Munich.
Harapan RB Leipzig terhadap tuah Nagelsmann
Kini di musim 2019/20, Nagelsmann menangani RB Leipzig setelah di musim sebelumnya menyatakan akan pergi dari Hoffenheim. Ia mengawali karir kepelatihannya di RB Leipzig dengan sangat baik, menyapu bersih 3 laga awal dengan kemenangan dan sementara berada di papan atas.
RB Leipzig yang memiliki proyek ambisius di Jerman menilai bahwa Julian Nagelsmann adalah sosok yang tepat untuk menangani tim dalam mengarungi persaingan di Bundesliga. Dengan materi pemain yang lebih bersaing dibandingkan dengan Hoffenheim, bukan tidak mungkin bahwa Nagelsmann bisa mengejutkan banyak pihak dengan membawa tim ini menjuarai Bundesliga untuk pertama kalinya dalam sejarah. Masih banyak yang bisa dilakukannya.