Oleh : Ary Ditio Baihaqi (@arybaihaqi_10)
Pemirsa setia liga inggris pasti sudah tidak asing lagi dengan nama-nama pemain seperti Eden Hazard, Kevin de Bruyne, dan Vincent Kompany. Ya mereka merupakan pemain yang langganan mengisi skuat timnas Belgia beberapa tahun belakangan, dan juga merupakan andalan bagi klubnya masing-masing.
Dengan sederetan nama bintang, timnas Belgia sering dijadikan sebagai unggulan diberbagai turnamen internasional bersanding dengan negara-negara yang kuat tradisi sepakbolanya seperti Jerman, Spanyol, dan Brazil. Namun pada kenyataannya, Belgia sering saja terhenti langkahnya lebih cepat. Saya ambil contoh ketika Piala Dunia 2014 di Brazil. Di babak grup, Belgia berhasil menyapu bersih tiga kemenangan dari tiga laga menghadapi Aljazair, Rusia, dan Korea Selatan, kemudian dibabak enam belas besar mereka harus bersusah payah dahulu untuk lolos setelah menyingkirkan Amerika Serikat.
Nah, dibabak delapan besar langkah mereka harus terhenti setelah berhadapan dengan Argentina dan kalah dengan skor tipis 1 - 0. Hal yang sama terjadi ketika di Piala Eropa 2016. ketika mereka harus kalah di perempat final setelah di tekuk oleh Wales yang sebelumnya bahkan tidak diunggulkan, dengan skor akhir yang cukup telak, 3 – 1. Bermaterikan pemain-pemain bintang belgia tetap saja tidak mampu untuk menjadi juara di setiap turnamen yang mereka ikuti, lantas apa penyebabnya?
Belgia ketika berhadapan dengan Argentina
Saya rasa, mental individu punggawa timnas Belgia sudah tidak perlu diragukan lagi karena banyak diantara mereka ketika diklubnya menjadi juara. Namun ketika mereka semua berkumpul menjadi satu kesatuan yaitu timnas, mereka sering saja lengah dan kalah ketika berhadapan dengan negara-negara besar. Ini yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemain maupun pelatih (Roberto Martinez) saat ini untuk membenahinya.
Menunggu tuah dari duet Henry-Martinez
Kedua, belum adanya ikatan yang kuat antar pemain sehingga tidak tercipta filosofi permainan yang jelas. Berkumpulnya pemain bintang juga bisa menimbulkan resiko, yakni sulitnya untuk membendung keegoisan antar satu sama lain. Lantas kenapa timnas yang banyak diisi oleh para pemain bintang seperti halnya Spanyol dan Jerman bisa menampilkan permainan yang solid?.
Balik lagi ke individunya, para pemain Spanyol dan Jerman telah berhasil untuk menciptakan sebuah harmonisasi yang mereka tunjukan dalam setiap permainan. Mereka telah menyatu layaknya bermain disebuah klub dalam waktu yang lama. nah hal ini yang tidak tercermin didalam timnas Belgia. Hal ini harus segera disadari oleh para pemain timnas Belgia. Berusaha untuk mengesampingkan target pribadi dan mengutamakan timnas juga harus menjadi prioritas utama bagi seluruh pemain.
Bayangkan jika timnas Belgia bisa menampilkan permainan yang solid disetiap laganya, saya rasa bukan tidak mungkin gelar juara bagi mereka akan datang lebih cepat, dan membuat mereka bukan hanya sekedar menjadi negara “unggulan”. Pelatih harus menemukan solusi efektif untuk bisa mengikat para pemain Belgia agar tetap fokus, dan percaya satu sama lain.
Kini Belgia tengah mengikuti Piala Dunia 2018 di Rusia. Sejauh ini mereka tampil bagus, dan apa saja yang telah disebutkan diatas telah mereka lakukan secara perlahan. Kolektifitas, ketenangan dan konsentrasi selama pertandingan sudah terbangun dengan baik. Jika bisa terus menerus lolos, kemungkinan besar akan kembali bertemu dengan lawan yang lebih kuat, dan disinilah ujian sebenarnya akan terjadi.
Sudah saatnya timnas Belgia juara? Ya, mereka layak untuk menjadi juara.