1/11/17

My Football Diary : “Geliat” Sepakbola Korea Selatan

Oleh :  Apif Supriadi (@AF_supriadi)

Daehan Minguk atau Korea Selatan, negara yang juga disebut negeri ginseng, merupakan salah satu negara Asia Timur yang punya kaitan sejarah erat dengan Tiongkok dan juga punya kisah nan berliku dengan Korea Utara. Sejatinya Korea Utara dengan Korea Selatan adalah satu negara utuh sejak zaman dinasti Goguryeo (Kerajaan awal yang menguasai Korea) hingga dinasti Joseon (Kerajaan terakhir di Korea yang hancur oleh penjajahan Jepang saat perang dunia ke-2).

Korea Selatan, negara yang dikenal dengan K-Pop dan K-dramanya, bisa dikatakan, negeri ginseng tersebut telah “menjajah” dunia dengan K-Pop dan K-dramanya, industri musik dan seni peran di Korea Selatan benar-benar dikelola dengan baik sehingga Korea Selatan menjadi “role model” bagi banyak musisi dan sutradara dunia.

Korea Selatan memang sukses menjadi kekuatan Asia. kita bisa lihat perkembangan Korea Selatan dari waktu ke waktu, diberbagai bidang mereka menjadi raksasa yang bersaing dengan Eropa dan Amerika, dibidang teknologi contohnya diindustri smartphone mereka dengan Samsung-nya menjadi rival terberat bagi Amerika dengan Apple-nya.

Saat perhatian dunia lebih sering melihat Korea Selatan, K-pop, K-drama dan Samsung nya, dengan ”operasi senyap” dari KFA (Korean Football Association) sepakbola Korea Selatan menjadi kekuatan kuat yang diakui dunia.


Korea Selatan, Heung Min Son


KFA dengan K-League nya telah banyak melahirkan talenta sepakbola yang diakui dunia. Kenapa bisa dibilang begitu?mari kita lihat banyak pemain asal Korea Selatan yang bermain di klub besar eropa, ada Son Heung Min di Tottenham Hotspurs, Ki Seung Yueng di Newcastle United, Ryu Seung Woo di Bayer Leverkusen, dan masih banyak pemain Korea Selatan lainnya.

Mungkin sekarang Son Heung-Min menjadi idola baru bukan hanya di Korea Selatan tapi sudah menjadi idola dan kebanggaan Asia. Sempat menurun performanya di musim perdana bersama Tottenham Hortspurs, statistik pemain berumur 24 tahun ini perlahan bangkit. Di musim perdananya di Premier League dari 28 laga yang dimainkan, Son total hanya mencetak 4 gol dan 1 umpan gol. Kenaikan performa sangat melonjak di musim keduanya di Premier League.

Pemain pemilik nomor 7 di Tottenham ini telah mencetak 6 gol dan 3 assist dari 17 laga yang dimainkan. Tak heran memang apabila Son, begitulah nickname di jerseynya menjadi pemain termahal Asia dan pemain dengan nilai transfer paling tinggi di Spurs dengan nilai 30 juta pounds atau setara 480 miliar rupiah.

Prestasi individu pemain Korea Selatan apabila kita ungkap disini begitu banyak, saya kira prestasi pribadi tersebut bisa menjadi Indikator keberhasilan pengolaan sepakbola di Korea Selatan, KFA patut mendapatkan kredit tinggi untuk itu, apalagi hampir semua pemain Korea Selatan yang sekarang bermain di klub Eropa mengawali karirnya di liga lokal, seperti contoh; Park Chu Young. Ia mengawali karirnya dari FC Seoul pada tahun 2005. K-league Classic liga teratas di Korea Selatan, liga pro yang diikuti “hanya” 12 klub, klub-klub seperti FC Seoul, Pohang Steelers, Jeonbuk motors dan Suwon Bluewings pasti tak asing bagi penikmat sepakbola di Indonesia.

Korea Selatan, Heung Min Son
(pict: reuters.com)

Berbicara level klub mungkin bagi “Manajer klub dunia maya” yang menangani klub Asia di game Football Manager mungkin nama klub di atas adalah raksasa yang sulit dikalahkan saat bertemu di level “Liga Champions Asia”.

Tak lengkap rasanya bila kita tak berbicara sejarah sepakbola Korea Selatan. Di era 80'an ada nama besar seperti Cha Bum Kun yang Berjaya di Eropa bersama Eintracht Frankfurt dan memenangi Piala UEFA edisi 1979-1980. Keikutsertaan Korea Selatan di Piala Dunia menjadi pembuktiaan kualitas dari sepakbola The Taeguk Warriors (julukan Timnas Korea Selatan).

Sudah 9 kali tampil di Piala Dunia pertama kali pada tahun 1954 dan menjadi “The big four” di edisi Piala Dunia 2002 di Korea-Jepang, saat itu timnas Korea Selatan di huni nama besar seperti Park Ji-sung dan dilatih oleh Guus Hiddink.

Peningkatan demi peningkatan terus dicapai Sepakbola Korea Selatan, memang pada kualifikasi Piala Asia U-19 lalu Indonesia berhasil “menaklukan” sang ksatria taeguk di stadion Gelora Bung Karno dengan skor 3-2 dan lolos ke babak selanjutnya, tetapi timnas U-19 yang ber-nahkoda-kan Indra Sjafri gagal masuk putaran final Piala Asia U-19 padahal saat itu banyak harapan besar kepada Timnas U-19 era Indra Sjafri untuk bisa lolos ke Piala Dunia U-20 di Selandia Baru.

Sepakbola bukan olahraga yang menjadi favorit di Korea Selatan. Baseball menjadi olahraga favorit disana, ketidakpopuleran sepakbola di Korea Selatan berhasil diolah dengan baik oleh KFA dengan SDM yang tipis tapi dapat menghasilkan pemain kualitas dunia dengan banyaknya pemain berkualitas akan berdampak bagus untuk timnas.

Kinerja KFA patut menjadi “role model” bagi PSSI dalam pembinaan usia muda, kepopuleran sepakbola di Indonesia adalah modal besar yang harus diolah dengan baik salah-salah malah menjadi sia-sia banyak talenta sepakbola anak negeri yang terabaikan, dan timnas lah yang akan merugi besar atas itu.

Sepakbola Korea Selatan tak banyak dikenal dan tak terlalu menjadi perhatian, tapi punya prestasi sangat baik.