Oleh : Apif Supriadi (@AF_supriadi)
Daehan Minguk atau Korea Selatan, negara yang juga disebut negeri
ginseng, merupakan salah satu negara Asia Timur yang punya kaitan sejarah erat dengan Tiongkok dan juga punya kisah nan berliku dengan Korea Utara. Sejatinya Korea Utara dengan Korea Selatan adalah satu negara utuh sejak zaman dinasti Goguryeo (Kerajaan
awal yang menguasai Korea) hingga dinasti Joseon (Kerajaan terakhir di Korea yang hancur oleh penjajahan Jepang saat perang dunia ke-2).
Korea Selatan, negara yang dikenal dengan K-Pop dan K-dramanya,
bisa dikatakan, negeri ginseng tersebut telah “menjajah” dunia dengan K-Pop dan K-dramanya, industri musik dan seni peran di Korea Selatan benar-benar dikelola dengan
baik sehingga Korea Selatan menjadi “role model” bagi banyak musisi dan sutradara
dunia.
Korea Selatan memang
sukses menjadi kekuatan Asia. kita bisa lihat perkembangan Korea Selatan dari waktu ke
waktu, diberbagai bidang mereka menjadi raksasa yang bersaing dengan Eropa dan Amerika, dibidang teknologi contohnya diindustri smartphone mereka
dengan Samsung-nya menjadi rival terberat bagi Amerika dengan Apple-nya.
Saat perhatian dunia lebih sering melihat Korea Selatan, K-pop, K-drama dan
Samsung nya, dengan ”operasi senyap” dari KFA (Korean Football
Association) sepakbola Korea Selatan menjadi kekuatan kuat yang diakui dunia.
KFA dengan K-League nya telah banyak melahirkan talenta sepakbola yang diakui
dunia. Kenapa bisa dibilang begitu?mari kita lihat banyak pemain asal Korea Selatan yang bermain di klub besar eropa, ada Son Heung Min di Tottenham Hotspurs, Ki Seung Yueng di Newcastle United, Ryu Seung Woo di Bayer
Leverkusen, dan masih banyak pemain Korea Selatan lainnya.
Mungkin sekarang Son Heung-Min menjadi idola baru bukan hanya di Korea Selatan tapi sudah
menjadi idola dan kebanggaan Asia. Sempat menurun performanya di musim
perdana bersama Tottenham Hortspurs, statistik pemain berumur 24 tahun ini
perlahan bangkit. Di musim perdananya di Premier League dari 28 laga yang
dimainkan, Son total hanya mencetak 4 gol dan 1 umpan gol. Kenaikan performa sangat
melonjak di musim keduanya di Premier League.
Pemain pemilik nomor 7 di Tottenham ini telah mencetak 6 gol dan 3 assist dari 17 laga yang dimainkan. Tak
heran memang apabila Son, begitulah nickname di jerseynya menjadi pemain
termahal Asia dan pemain dengan nilai transfer paling tinggi di Spurs dengan
nilai 30 juta pounds atau setara 480 miliar rupiah.
Prestasi individu pemain Korea Selatan apabila kita ungkap disini begitu banyak,
saya kira prestasi pribadi tersebut bisa menjadi Indikator keberhasilan
pengolaan sepakbola di Korea Selatan, KFA patut mendapatkan kredit tinggi untuk
itu, apalagi hampir semua pemain Korea Selatan yang sekarang bermain di klub Eropa mengawali karirnya di liga lokal, seperti contoh; Park Chu Young. Ia mengawali karirnya dari FC
Seoul pada tahun 2005. K-league Classic liga teratas di Korea Selatan,
liga pro yang diikuti “hanya” 12 klub, klub-klub seperti FC Seoul, Pohang
Steelers, Jeonbuk motors dan Suwon Bluewings pasti tak asing bagi penikmat
sepakbola di Indonesia.
(pict: reuters.com) |
Berbicara level klub mungkin bagi “Manajer klub dunia maya” yang menangani
klub Asia di game Football Manager mungkin nama klub di atas adalah
raksasa yang sulit dikalahkan saat bertemu di level “Liga Champions Asia”.
Tak lengkap rasanya bila kita tak berbicara sejarah sepakbola Korea Selatan. Di era 80'an ada nama besar seperti Cha Bum Kun yang Berjaya di Eropa bersama Eintracht Frankfurt dan memenangi Piala UEFA edisi 1979-1980. Keikutsertaan Korea Selatan di Piala Dunia menjadi pembuktiaan
kualitas dari sepakbola The Taeguk Warriors (julukan Timnas Korea Selatan).
Sudah 9 kali tampil di Piala Dunia pertama kali pada tahun 1954 dan menjadi
“The big four” di edisi Piala Dunia 2002 di Korea-Jepang, saat itu timnas Korea Selatan di huni nama besar seperti Park Ji-sung dan dilatih oleh Guus Hiddink.
Peningkatan demi peningkatan terus dicapai Sepakbola Korea Selatan, memang
pada kualifikasi Piala Asia U-19 lalu Indonesia berhasil “menaklukan” sang
ksatria taeguk di stadion Gelora Bung Karno dengan skor 3-2 dan lolos ke babak
selanjutnya, tetapi timnas U-19 yang ber-nahkoda-kan Indra Sjafri gagal masuk putaran
final Piala Asia U-19 padahal saat itu banyak harapan besar kepada Timnas U-19
era Indra Sjafri untuk bisa lolos ke Piala Dunia U-20 di Selandia Baru.
Sepakbola bukan olahraga yang menjadi favorit di Korea Selatan. Baseball menjadi olahraga favorit disana, ketidakpopuleran sepakbola di Korea Selatan berhasil
diolah dengan baik oleh KFA dengan SDM yang tipis tapi dapat menghasilkan
pemain kualitas dunia dengan banyaknya pemain berkualitas akan berdampak bagus
untuk timnas.
Kinerja KFA patut menjadi “role model” bagi PSSI dalam
pembinaan usia muda, kepopuleran sepakbola di Indonesia adalah modal besar yang
harus diolah dengan baik salah-salah malah menjadi sia-sia banyak talenta
sepakbola anak negeri yang terabaikan, dan timnas lah yang akan merugi besar
atas itu.
Sepakbola Korea Selatan tak banyak dikenal dan tak terlalu menjadi perhatian, tapi
punya prestasi sangat baik.