Oleh : Ary Ditio Baihaqi (@arybaihaqi_10)
Kondisi persepakbolaan di Indonesia saat ini sedang dalam kondisi yang memprihatinkan. Kompetisi terpaksa harus berhenti di tengah jalan akibat penyebaran virus korona yang belum dapat dikendalikan. Hal ini membuat banyak klub kesulitan, bahkan beberapa diantaranya ada yang memutuskan untuk membubarkan tim sementara karena manajemen yang tidak mampu untuk terus membayar gaji tanpa adanya pemasukan yang stabil.
Ditengah kondisi seperti ini membuat banyak pesepakbola di Indonesia kehilangan mata pencahariannya. Gaji sebesar 25% dari kontrak yang disepakati dirasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ada yang memutuskan untuk main sepakbola antar kampung (Tarkam), ada juga yang beralih menjadi pedagang atau berjualan. Semua dilakukan agar terus bisa menyambung hidup dari hari ke hari yang kian sulit.
Hampir semua negara di dunia juga sedang dalam kondisi yang tidak stabil tetapi aktivitas persepakbolaan tetap berjalan, walau dengan berbagai kendala dan setumpuk prosedur penyelenggaraan yang ketat, seperti di Eropa sepakbola tetap berjalan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Sebagian negara di Asia tengah bersiap untuk memulai musim baru, J-League (Jepang), K-League (Korea Selatan) dan Malaysia Super League rencananya akan bergulir akhir februari mendatang. Liga Thailand (Thai League) baru memulai putaran keduanya, sementara Vietnam baru saja memulai liga domestiknya (V.League) dan sekarang sudah memasuki pekan ke-2.
Baca Juga : Menanti Arah Baru Sepakbola Indonesia
Di tengah kondisi yang penuh dengan ketidakjelasan ini setidaknya ada semilir kabar baik bagi dunia sepakbola nasional, karna pemain-pemain kita cukup banyak diminati oleh klub luar negeri walau terhitung sudah lama sekali pemain kita tidak berlaga di sebuah pertandingan resmi. Persiapan tim-tim luar dalam menyambut musim kompetisi setidaknya membawa dampak positif bagi sepakbola kita. Beberapa minggu belakangan kita telah melihat beberapa pemain Indonesia yang akhirnya melanjutkan karir di luar negeri, ada yang baru pertama kali dan ada juga yang sebelumnya pernah mencicipi bagaimana rasanya main di negeri orang. Bisa kita katakan bahwa mereka telah menyelamatkan wajah sepakbola kita.
Ada andil juga dari diberhentikannya kompetisi bagi pemain kita untuk memutuskan pergi ke luar negeri. Pertama daripada di negeri sendiri tidak ada kejelasan lebih baik pergi saja ke tempat yang lebih menjanjikan, kedua ada kemungkinan dari klub untuk tidak melepas pemainnya jika kompetisi berjalan, jika dilepas pun permintaannya akan memberatkan klub peminat yang akhirnya tidak terjadi kesepakatan sama sekali padahal kesempatan tersebut tidak datang dua kali. Tetapi bagaimanapun, demi terciptanya sebuah iklim sepakbola yang sehat dan kondisi yang mendukung bagi kemajuan sepakbola nasional, kompetisi memang harus segera dijalankan.
Sebagai warga negara melihat ada pemain nasionalnya yang bermain di negara lain tentu menjadi sebuah kebanggaan, apalagi tim yang dibelanya adalah tim besar dengan prospek yang menjanjikan, selain menjadi keuntungan untuk tim nasional kelak hal ini juga menjadi kesempatan emas bagi pemain untuk meningkatkan karir sepakbolanya. Muncul sebuah pertanyaan yang cukup menarik, apakah bermain di luar negeri itu lebih baik daripada main di negeri sendiri?
Dengan berkarir di luar negeri akan memperluas pengalaman pemain dalam karirnya sebagai pesepakbola. Ia akan mendapat banyak pengalaman berharga yang tidak bisa didapatkan jika bermain di negeri sendiri. Mencoba hidup di lingkungan yang berbeda, belajar bahasa baru, dan berkompetisi dengan pemain dari berbagai belahan dunia. Yang paling penting sebenarnya ialah dengan bermain di luar negeri akan mampu memberikan sudut pandang yang berbeda kepada pemain bahwa dunia itu luas, di luar sana banyak sekali pemain hebat dengan etos kerja yang tinggi sehingga memotivasi pemain kita untuk tidak cepat berpuas diri dengan kondisi mereka saat ini.
Bermain dan berkompetisi di luar negeri akan membuat pemain kita terbiasa untuk mendapat tekanan, ini menjadi sebuah hal yang bagus untuk membentuk mental pemain agar selalu siap berada dalam situasi apapun. Masalah mental memang sering menjadi faktor utama dibalik keengganan pemain kita untuk melangkah berkarir ke luar negeri.
Tidak bisa dipungkiri bahwasanya alasan utama beberapa klub luar negeri untuk mendatangkan pemain kita bukan karena kualitas, tetapi karena beberapa alasan non teknis salah satunya engagement dari masyarakat kita yang berpotensi mendatangkan keuntungan. Oleh sebab itu pemain yang telah diberi kesempatan harus bersungguh-sungguh dan memperlihatkan kualitasnya agar anggapan skeptis seperti ini bisa ditepis dimasa yang akan datang.
Sebuah contoh datang dari negara Inggris. Yang terbesit seketika dalam benak kita jika bicara soal Inggris adalah Liga Primer yang sangat megah dan dihuni oleh banyak pemain kelas dunia. Segala sesuatu yang berhubungan dengan sepakbola terlihat begitu glamor dan berkelas. Dengan segala kemajuan itu, ternyata tidak membuat tim nasional Inggris seketika menjadi tim nasional yang berprestasi, nyatanya Inggris minim menjuarai gelar internasional. Terakhir mereka menjuarai Piala Dunia pada tahun 1966 dan setelahnya belum ada trofi lagi mampir ke lemari piala tim nasional Inggris.
Sedikitnya pemain Inggris yang bermain di luar negeri telah berkembang menjadi isu yang meresahkan. Bahkan dalam tiga gelaran Piala Dunia secara berturut-turut (dari tahun 2018, 2014, dan 2010) seluruh pemain tim nasional Inggris bermain di Britania Raya. Gareth Southgate selaku pelatih kepala pada tahun 2017 pernah berkata dalam sebuah wawancara “Saya pikir kami harus memperluas cakrawala karena para pemain melihat satu liga, mereka melihat Sky Sports News, mereka berpikir kita adalah pusat dunia, padahal kita bukan apa-apa. Itulah yang mengejutkan bagi saya.”
Untuk sekarang, jumlah pemain Inggris di luar negeri sudah semakin banyak. Mereka tersebar dibeberapa negara seperti Jerman dan Belanda. Walau jika dibandingkan antara liga belanda dan liga inggris berbeda secara kualitas, cuma ada satu hal yang tidak bisa didapatkan jika bermain di Inggris yaitu pengalaman bermain dilingkungan yang berbeda dan motivasi untuk bersaing dengan pemain lain. Bermain di dalam zona nyaman tidak akan memberikan progres yang signifikan. Merasa puas lebih cepat adalah hambatan bagi pemain sepakbola untuk berkembang itu juga yang dirasakan para pemain Inggris.
Jika kita ingin terus melihat lebih banyak pemain nasional berkarir di luar negeri di masa yang akan datang, PSSI selaku federasi yang membawahi sepakbola di tanah air harus menunjukan keinginan yang sama, salah satunya dengan meningkatkan kualitas kompetisi atau liga. Liga selayaknya sebuah panggung bagi pemain untuk menunjukan kemampuan terbaiknya, lantas jika panggung yang disusun sedemikian rupa tidak kelihatan menarik, bagaimana ingin membuat penonton (klub luar negeri) terkesan dengan pertunjukan yang disajikan?
Tidak perlu malu untuk mencontoh negara lain bahkan negara tetangga sekalipun seperti Filipina, Vietnam dan Thailand. Berdasarkan rilis terbaru AFC Club Competition Ranking pada 27 Januari 2021, Indonesia berada diperingkat ke-19 dari 46 negara. Kita berada dibawah 3 negara tersebut, bahkan Thailand masuk kedalam 10 besar bersama dengan Jepang, Korea Selatan, Iran, dan Arab Saudi dan lain sebagainya.
Beberapa kemajuan yang telah dilakukan Thailand seperti peningkatan infrastruktur dan kebijakan rebranding klub untuk seluruh peserta liga. Thai League menjadi liga pertama di Asia Tenggara yang menerapkan teknologi VAR untuk membantu wasit dalam mengambil keputusan dilapangan. Selain itu Thai League juga menjalin kerja sama intensif dengan J.League Jepang untuk meningkatkan kualitas liganya. Maka tidak heran banyak pemain Thailand hijrah ke J.League seperti Chanathip Songkrasin, Theeraton Bunmathan, Teerasil Dangda, dan Thitipan Puangchan.
Selain faktor kesiapan pemain, kualitas kompetisi juga harus ditingkatkan. PSSI harus lebih serius dalam membangun fondasi sepakbola untuk menyambut persaingan di masa depan. Karena jika pembangunan stagnan atau di situ-situ saja, kita akan tertinggal lagi dari negara-negara yang dulu kualitasnya berada dibawah kita. Karena pada akhirnya yang diuntungkan dari kepergian pemain ke luar negeri adalah tim nasional. Kehadiran pemain ini ditengah-tengah pemain lain akan memberikan efek positif, karena dengan pengalaman yang dimilikinya akan membantu tim untuk menghadapi berbagai lawan dengan tipikal permainan yang berbeda-beda.