Oleh : Ary Ditio Baihaqi (@arybaihaqi_10)
Periode awal tahun biasa digunakan oleh banyak kesebelasan di Eropa untuk mengevaluasi performa selama setengah musim berlalu. Meski secara harfiah awal tahun tidaklah diartikan sebagai waktu untuk istirahat dari sibuknya kompetisi, namun pada periode yang berada pada bulan Januari ini sering digunakan oleh manajemen dan jajaran pelatih untuk merefleksikan diri sekaligus mengidentifikasi kelemahan apa yang ada pada skuadnya.
Bersamaan dengan dibukanya jendela transfer musim dingin, memberikan kesempatan bagi setiap kesebelasan untuk merubah susunan skuadnya sesuai dengan keinginan manajemen dan pelatih. Maka tidak jarang jika pada periode ini kita akan mendengar berbagai kabar mengenai kepindahan para pemain, ada yang sebagian terjadi ada juga yang akhirnya hanya sebatas rumor belaka.
Hingga pertengahan musim ini, cukup banyak pemain muda potensial yang muncul ke permukaan dan tampil impresif bersama klubnya masing-masing. Sebagian dari mereka telah menjalani permulaan yang baik dalam karirnya. Nama-nama dibawah ini bahkan telah dipercaya untuk mengisi posisi utama dan bermain secara reguler. Jika terus seperti ini bukan tidak mungkin kita akan melihat mereka menjadi pemain bintang dimasa depan. Berikut adalah daftar pemain yang mulai dari sekarang patut untuk diperhatikan :
1. Wesley Fofana (20 Tahun), Leicester City
Wesley Fofana baru di datangkan oleh Leicester City dari klub asal Perancis, Saint Etienne awal musim ini dengan harga yang tidak tanggung-tanggung, yakni sebesar 35 Juta Euro menjadikannya sebagai pemain muda Perancis termahal keempat setelah Kylian Mbappe, Anthony Martial, dan Ousmane Dembele. Harga mahal yang harus dikeluarkan nampaknya tidak sia-sia karena pemuda berusia 20 tahun ini telah menunjukan permainan yang impresif dilini belakang The Foxes.
Fofana sejauh ini telah tampil sebanyak 16 pertandingan sebagai starter. Ia bisa bermain sebagai duet dalam formasi empat bek sejajar atau trio dalam formasi tiga bek. Permainannya bersama Johnny Evans cukup solid dan menjadi momok bagi penyerang lawan. Absennya Caglar Soyuncu dalam beberapa pekan akibat cedera membuat Fofana mendapat kesempatan untuk tampil lebih banyak, dan momentum ini dapat dimanfaatkanya dengan sangat baik. Ia berkontribusi dalam catatan minimnya jumlah kebobolan Leicester City musim ini yang berada diurutan keenam terbaik di Premier League dengan hanya kebobolan sebanyak 25 kali, lebih baik dari jumlah yang dimiliki oleh Liverpool dan Manchester United yang masing-masing sudah kebobolan 29 kali dan 30 kali.
Baca Juga : Harapan Besar Chelsea Pada Diri Thomas Tuchel
Catatan individual Fofana juga sangat baik, bahkan mampu menyaingi seniornya di tim. Dilansir dari fbref ia menjadi pemain paling banyak melepaskan tekel berhasil sebanyak 23 kali, blok sebanyak 32 kali, dan intersep sebanyak 28 kali. Sebagai pemain bertahan moderen Fofana juga cukup baik dalam mengalirkan bola dari belakang dengan total umpan sukses sebanyak 797 kali.
Kelebihan lain yang dimilikinya sebagai seorang bek tengah adalah antisipasi dan reaksi terhadap pergerakan lawan yang sangat baik di dukung dengan kecepatan sehingga ia dapat segera menetralisir serangan lawan. Leicester City yang musim ini sering menerapkan garis pertahan yang cukup tinggi hingga berada di area tengah lawan menuntut para pemain bertahan untuk antisipatif dan sigap dalam menghadapi kemungkinan serangan balik yang bisa datang kapan saja.
Penampilan cemerlang pemain bertinggi 190 cm ini mulai menarik perhatian klub-klub papan atas Premier League. Bahkan Paul Scholes menyarankan Manchester United untuk mempertimbangkan mendatangkan Fofana untuk mengatasi masalah yang kerap kali muncul di lini pertahanan Setan Merah. “Jika saya menjadi Ole dan diperbolehkan untuk mendatangkan pemain belakang saat ini, saya akan memilih Wesley Fofana. Usianya baru 20 tahun, tetapi dia telah tampil luar biasa dan memiliki potensi besar di masa mendatang” ujarnya kepada ESPN.
2. Ryan Gravenberch (18 Tahun), Ajax
Dari dulu Belanda memang tidak pernah kehabisan stok talenta muda berbakat dan Ajax selalu menjadi pionir dibalik itu semua. Tanpa mengucilkan kesebelasan lain yang juga sering menghasilkan pemain-pemain muda berkualitas, tapi untuk Gravenberch rasanya bisa dibilang sebagai pemain muda Belanda paling menjanjikan saat ini. Penampilannya bersama tim senior Ajax sangat istimewa, walau usianya baru 18 tahun.
Berposisi natural sebagai gelandang tengah, Gravenberch selalu menjadi starter sejak awal musim, perannya di lini tengah tak tergantikan. Walau usianya yang masih remaja, penampilannya terlihat solid dan cukup matang. Ia tidak canggung berada disekitar rekan-rekan yang lebih tua darinya.
Gravenberch adalah seorang gelandang kreatif yang bertugas untuk mengatur serangan dan menjaga keseimbangan disektor lapangan tengah. Sebagai seorang playmaker, Gravenberch memiliki atribut yang sangat mendukung akan perannya itu. Visi bermain yang baik, umpan yang akurat, dan pergerakan dengan dan tanpa bolanya sangat brilian. Di dukung oleh rekannya di lini tengah, Edson Alvarez yang lebih ditugaskan untuk menjaga kedalaman, dan Davy Klaassen yang biasa diplot dibelakang penyerang. Membuat Gravenberch lebih leluasa untuk mengkreasikan serangan sesuai dengan insting bermainnya.
Ia juga memiliki postur yang menjulang, 190 cm, membuatnya sangat kokoh ketika sedang menguasai bola dan sulit untuk direbut. Postur tingginya tidak menghalangi kemampuannya untuk melakukan serangan dengan bola dikakinya karena ia juga memiliki kemampuan dribbling yang sangat baik. Ditambah Ia juga piawai dalam melakukan tendangan jarak jauh, yang dalam beberapa kesempatan berbuah menjadi gol. Membuat Gravenberch menjadi senjata potensial yang mematikan.
Ini adalah musim keduanya bermain untuk tim senior Ajax setelah dipromosikan tahun lalu. Dengan progres positif yang terus ditunjukannya setiap, tentu semakin memperbesar peluangnya untuk dilirik oleh klub papan atas Eropa. Seperti yang telah dilakukan oleh para seniornya terdahulu.
3. Florian Wirtz (17 Tahun), Bayer Leverkusen
Kepindahan Kai Havertz menuju Chelsea menyisakan kesedihan bagi sebagian besar pendukung Leverkusen, tapi hal ini menjadi berkah tersendiri bagi Florian Wirtz karena ia diberi kesempatan lebih cepat untuk membuktikan kemampuannya di tim utama. Laga debutnya terjadi pada musim lalu dan menjadikannya sebagai pemain termuda ketiga yang pernah bermain di Bundesliga.
Saat ini Wirtz merupakan pemain termuda di Leverkusen, usianya baru 17 tahun tetapi dia telah dipercaya untuk mengisi satu posisi di lini tengah. Tercatat ia telah bermain sebanyak 17 pertandingan dimana hanya sekali ia memulai dari bangku cadangan. Menit bermainnya merupakan yang terbanyak kelima yaitu 1409 menit. Komitmen Leverkusen untuk mempercayai pemain muda tercerminkan melalui Florian Wirtz dengan sangat baik.
Walau usianya saat ini yang masih masuk kategori sebagai seorang remaja, tidak menjadikan keberadaannya dilapangan hanya sebagai figuran atau pelengkap, Wirtz benar-benar membantu Leverkusen dalam artian yang sesungguhnya. Hingga saat ini ia telah memproduksi 4 gol dan 5 Asis. Wirtz merupakan pemain yang berpotensi membahayakan pertahanan lawan jika sedang menguasai bola. Ini bisa terlihat dari beberapa catatan statistiknya yang mengindikasikan bahwa Wirtz merupakan pemain yang aktif terlibat dalam berbagai serangan Leverkusen. Nilai Expected Assists nya mencapai 3,0 secara keseluruhan. Kemudian jumlah umpan ke dalam kotak penalti sebanyak 20 kali. Ia juga rajin untuk melepaskan tembakan yaitu sebanyak 21 kali dengan rincian persentase mengarah ke gawang sebanyak 52,4%.
Kalimat yang tepat untuk mendeskripsikan Wirtz adalah pemain berteknik tinggi. Kemampuan olah bolanya sangat baik. Ia juga sangat tenang ketika sedang menguasai bola walau mendapat tekanan dari dua bahkan tiga pemain lawan dan kemudian menunggu momen yang tepat untuk memberikan bola kepada rekannya yang melakukan pergerakan. Kematangan yang ditunjukan benar-benar berada di level yang berbeda dengan pemain seumurannya. Dengan terus mendapatkan menit bermain yang cukup, sepertinya Leverkusen tidak harus menaruh rindu terhadap kehadiran Havertz lagi.
4. Takehiro Tomiyasu (22 Tahun), Bologna
Pemain asal Benua Asia di Eropa memang tidak terlalu banyak jumlahnya dibandingkan dengan pemain dari benua lain seperti Afrika atau Amerika Latin. Pemain Asia dinilai cukup menjanjikan jika dilihat dari segi finansial karena dapat meningkatkan popularitas dan pendapatan klub diregional di Asia yang terkenal cukup fanatik. Namun untuk Tomiyasu, rasanya bukan hanya sekedar engagement saja, melainkan juga kualitas permainan yang ditampilkannya di dalam lapangan.
Besar di akademi Avispa Fukuoka, ia menghabiskan dua tahun disana dalam rentang musim 2015/17 sebelum akhirnya hijrah menuju Belgia dan memperkuat Sint-Truidense pada tahun 2018. Kesempatan yang didapatkan ini pada awalnya berkat kebijakan transfer klub untuk mendatangkan lebih banyak pemain asing Asia, karena DMM sebagai pemiliki klub merupakan perusahaan yang berbasis di Jepang.
Tomiyasu mulai tampil secara reguler pada musim selanjutnya dimana ia mampu mengemas 27 kali penampilan dengan total menit bermain sebanyak 2430. Di akhir musim ia berhasil membawa timnya bertengger diposisi ke-7 dimana ini merupakan catatan tertinggi yang pernah dilakukan oleh Sint-Truidense sepanjang keikutsertaannya di liga. Berkat penampilannya itu, membuat kontestan Serie A Bologna tertarik untuk mendatangkan pemain dengan tinggi 188 cm ini, dan kesepakatan pun terealisasikan pada pertengahan tahun 2019.
Baca Juga : Makoto Hasebe, Kaisar Jepang di Negeri Panzer
Sejak awal kedatangannya ke Italia, Tomiyasu telah diberi kepercayaan tampil sebagai starter untuk mengawal barisan pertahanan I Rossoblù. Musim lalu ia berhasil mencatatkan 29 kali penampilan di liga, dan membawa Bologna mengakhiri musim diposisi ke-12. Hingga hari ini Tomiyasu selalu dipercaya untuk tampil sebagai starter, ia menjadi pemain yang tidak pernah absen sekalipun disepanjang gelaran Serie A hingga pekan-21, bersama dengan Roberto Soriano, Danilo Larangeira, Musa Barrow, dan Rodrigo Palacio.
Tomiyasu merupakan pemain belakang yang fleksibel, bisa ditempatkan ditengah atau dikedua sisi. Dimanapun dimainkan, ia selalu menampilkan permainan yang sama baiknya. Tomiyasu sangat piawai dalam membaca permainan, ia memiliki insting melihat kemana lawan dan bola akan bergerak sehingga ia sudah membuat langkah antisipasi apa yang harus dilakukan. Hal ini bisa dilihat dari catatan statistiknya dimana ia menjadi pemain yang paling banyak dalam melakukan blok sebanyak 47 kali, dan intersep sebanyak 35 kali diantara rekan-rekannya di Bologna.
Postur tubunhnya yang tinggi juga menjadi keuntungan dalam duel udara sehingga ia terlihat sangat kokoh, persentase kemenangan duel udaranya sebesar 67,7%, lebih besar dari bek Inter Milan Stevan de Vrij dan bek Napoli Kostas Manolas.
Tak ayal apa yang dipertunjukan Tomiyasu mengundang minat klub lain. Sebelumnya AC Milan menjadi yang paling serius untuk mendatangkannya, namun belakangan niat tersebut diurungkan karena Bologna hanya akan melepas pemain berkebangsaan Jepang ini dengan harga 20 Juta Euro. Juventus, Inter, dan Roma kini dikabarkan menjadi yang terdepan dan diketahui sedang memantau dan melihat situasi hingga jendela transfer selanjutnya dibuka. Sementara dari luar Italia, Newcastle dan Dortmund jadi tim yang diketahui juga meminati bek berusia 22 tahun ini.
5. Pedri (18 Tahun), Barcelona
Saat ini Barcelona sedang dalam tahap revolusi besar-besaran setelah ditinggal oleh pilar-pilar pentingnya dalam beberapa tahun belakangan. Apalagi, sang mega bintang asal Argentina, Lionel Messi yang usianya sudah semakin bertambah. Merebaknya berbagai isu kepindahan dari Barcelona juga semakin santer terdengar, membuat pihak klub harus segera mematangkan rencana untuk “hidup tanpa Lionel Messi”. Sama seperti yang dilakukan oleh Real Madrid ketika membuat keputusan untuk melepas Cristiano Ronaldo ke Juventus beberapa tahun lalu.
Barcelona telah berusaha untuk melakukan regenerasi dalam skuadnya beberapa tahun terakhir. Rataan usia pemain Barcelona saat ini adalah 27,1 menempatkan mereka diurutan ketiga setelah Valencia dan Real Sociedad. Jika kita lihat saat ini Barcelona banyak dihuni oleh pemain dibawah usia 23 tahun yang telah diberi kesempatan untuk bermain di tim utama, seperti Ronald Araujo, Sergino Dest, Oscar Mingueza, Trincao, dan yang cukup menyita perhatian sejak musim lalu adalah Ansu Fati.
Barcelona juga telah mendatangkan pemain muda potensial lainnya, ia adalah Pedri. Di datangkan dari Las Palmas sebesar 5 Juta Euro usianya baru 18 tahun. Cukup beralasan mengapa Ronald Koeman sangat mempercayainya untuk bermain reguler di tim utama, karena dari pekan ke pekan Pedri selalu menunjukan peningkatan performa yang signifikan dan membantu menghidupkan permainan Barca.
Pedri berposisi sebagai gelandang serang dan biasa ditempatkan ditengah, tapi dalam prakteknya ia memiliki kebebasan bergerak ke semua sisi untuk membantu tim menang jumlah dalam skema serangan. Dampaknya disepertiga lapangan depan juga sangat baik, catatan asisnya memang baru 2 dan kemungkinan akan terus bertambah karena ia mencatatkan angka Expected Assists sebesar 3,9 tertinggi ketiga setelah Jordi Alba dan Lionel Messi. Ia juga mencatatkan jumlah umpan kunci sebanyak 30 setara dengan Jordi Alba dan hanya kalah dari Lionel Messi sebesar 42.
Pedri seperti membangkitkan kembali filosofi umpan pendek cepat satu dua ala Barcelona seperti di era Xavi dan Andreas Iniesta. Koneksinya dengan Lionel Messi juga semakin baik, mereka saling mengerti satu sama lain sehingga ketika salah satunya menguasai bola, entah Pedri atau Messi, keduanya akan saling tahu kemana akan mengambil posisi dan segera membebaskan diri dari penjagaan lawan.
Diusianya yang baru 18 tahun, masih banyak waktu untuk terus berkembang dan menggali potensinya lebih dalam lagi.