7/17/20

Perjuangan Atalanta Melawan Stigma Negatif Serie A

Oleh : Ary Ditio Baihaqi (@arybaihaqi_10)

Pasca lockdown pandemi, sejumlah negara di dunia kembali melanjutkan kompetisi sepakbolanya setelah beberapa bulan berhenti. Seluruh aktivitas perlahan kembali seperti seharusnya dengan tajuk new normal dimana setiap individu yang terlibat di dalamnya wajib mengikuti standar protokol kesehatan masing-masing negara.

Atalanta Serie A Papu Gomez


Tak terkecuali sepakbola, di Asia contohnya, Korea Selatan menjadi negara pertama yang melangsungkan kembali aktivitas dengan memulai musim baru untuk K-League. Pertandingan perdana yang mempertemukan Suwon Bluewings dan Jeonbuk Motors bahkan disiarkan secara langsung di akun twitter resmi K-League tanpa dipungut biaya alias gratis, sehingga praktis menarik penonton dari seluruh dunia untuk menyaksikan laga perdana sepakbola setelah sekian lama vakum. Setelah libur cukup lama, semua tim kembali harus menyesuaikan ritme, dan beradaptasi kembali dengan situasi dan kondisi. Berbeda dengan pra musim yang memiliki waktu persiapan yang panjang, saat ini dengan waktu yang sangat singkat pemain harus kembali ke performa terbaik yang menuntut tingkat kebugaran fisik yang prima, yang tentunya tidak semua pemain dapat melakukannya dengan sempurna. Karena pemain hanyalah manusia biasa.


Hal tersebut sepertinya bukan sepenuhnya menjadi masalah bagi Atalanta. Bukan tanpa alasan, pasalnya setelah Serie A kembali digulirkan pada 20 Juni lalu, hingga saat ini tepatnya dari 8 pertandingan yang sudah dijalani belum sekalipun mereka merasakan kekalahan. 7 pertandingan berhasil dimenangkan, dan 1 pertandingan berakhir imbang. Hasil ini mengantarkan Atalanta sementara berada diposisi kedua klasemen sementara. Musim ini adalah lanjutan dari musim-musim yang menakjubkan bagi Atalanta. Walau kota mereka, Bergamo sempat menjadi kota di Italia yang paling parah terdampak akibat penyebaran virus COVID-19 beberapa bulan lalu, mereka mampu bangkit kembali dan keadaan berangsur-angsur semakin membaik.

Apa yang dilakukan Atalanta dalam beberapa musim terakhir tentu saja mengundang apresiasi. Mereka bukanlah klub dengan kekayaan melimpah yang bisa mendatangkan pemain hebat dengan harga mahal disetiap musim. Semua progres positif ini tentu saja murni hasil kerja keras dan dedikasi seluruh pemain dan staf pelatih dalam mewujudkan keinginan dan menembus batas keniscayaan. Peran vital datang dari sang pelatih kepala, Gian Piero Gasperini. Bukan hanya dari bagaimana ia merancang skema permainan, tetapi strateginya dalam urusan jual beli pemain dimana selama masa kepemimpinannya Atalanta selalu mencatatkan surplus, dan mendatangkan pemain berkualitas dengan harga miring.

Atalanta Serie A Italia

Josip Ilicic, Duvan Zapata, Luis Muriel, dan Marten De Roon merupakan segelintir nama yang performanya meroket bersama Atalanta. Sesuatu yang mungkin tidak akan mereka rasakan jika mereka tidak berada disana. Atalanta bersama Gasperini melakukan sesuatu yang jarang dilakukan oleh mayoritas kesebelasan di Serie A. mereka melawan hukum alam yang sedikit mengundang resiko. Dimana jika alih-alih gagal mereka akan bernasib sama seperti apa yang mereka alami sebelum-sebelumnya, namun nasib berkata lain dan membayar lunas seluruh kerja keras dan usaha yang telah mereka dilakukan.

Atalanta dibawah asuhan Gasperini konsisten dengan filosofi menyerangnya, bukan hanya ketika berhadapan dengan tim yang berada dibawah mereka saja, tetapi melawan tim papan atas seperti Juventus, Napoli, dan Inter Milan mereka tidak sungkan untuk menerapkan skema yang sama. Hasil akhir terkadang memang tidak memuaskan, namun dengan skema tersebutlah Atalanta kini bisa seperti sekarang. Saat ini Atalanta tercatat telah menyarangkan 93 gol di Serie A, jauh lebih banyak dari Juventus saat ini dengan 67 gol dan Inter Milan dan Lazio masing-masing 68 gol. Frontalnya lini depan Atalanta membuat mereka tak jarang menang dengan margin gol yang tidak sedikit. Hal ini membuat mereka berada dalam urutan pertama tim dengan rataan gol perlaga terbesar yaitu 4.12 gol.

Rataan gol individu Atalanta juga luar biasa. Tercatat saat ini ada 3 pemain yang memiliki jumlah gol lebih dari 1 digit, diantaranya Luis Muriel dengan 17 gol, selisih lebih banyak satu gol dari Duvan Zapata dengan 16 gol, dan Josip Ilicic 15 gol. Belum lagi ada Robin Gosens dan Mario Pasalic yang telah mencetak masing-masing 9 gol, dengan catatan bahwa Gosens adalah seorang wingback yang artinya semua pemain oufield di tim ini mempunyai kemampuan merata untuk mencetak gol.

Atalanta Zapata Muriel Serie A

Salah satu kejeniusan dari Gasperini juga yaitu, mampu mengembangkan potensi para pemainnya hingga ke tingkat tertinggi. Yang paling penting adalah bukan seberapa hebat atau mahal para pemain secara individu, tapi bagaimana pemain bermain sesuai dengan kapasitas dan memahami skema permainan tim dengan baik. Salah satu yang menarik perhatian tentu saja bagaimana cemerlangnya penampilan Josip Ilicic. Dibawah asuhan Gasperini, Ilicic menjelma menjadi pemain terbaik di Serie A. bersama Alejandro Gomez, ia menjadi pusat kendali permainan Atalanta di lini depan. Melalui kreasinya, Atalanta menjelma menjadi tim yang produktif. Di usianya yang tidak muda lagi, 32 tahun, Ilicic tetap bisa tampil konsisten.

Ilicic biasa beroperasi di lini depan bersama dengan Alejandro Gomez dan Duvan Zapata, atau Luis Muriel. Di Atalanta, perannya sangat fleksibel, bisa menjadi pemberi umpan kepada rekannya sekaligus menjadi pencetak gol jika ada kesempatan. Yang terpenting adalah bagaimana ia mampu terintegrasi dengan baik dalam sistem permainan Gasperini, Ilicic menyatu di dalamnya dengan baik. Bicara soal taktik, kita bisa katakan bahwa apa yang dilakukan oleh Gasperini dan Atalanta cukup berbeda dengan tim Serie A kebanyakan. Mereka mencoba untuk mematahkan anggapan bahwa tim dari Italia lebih mengandalkan permainan bertahan. Gasperini mencoba peruntungannya. Bahkan faktanya, diawal mereka sempat mengalami masa sulit juga, yang namanya kesuksesan memang membutuhkan sebuah proses panjang di dalamnya.

Inti dari taktik permainan Atalanta adalah kolektivitas dan kekompakan antar pemain dan unit. Dengan formasi dasar 3-4-3 atau 3-5-2, Gasperini menuntut para pemainnya di lapangan untuk ikut bertanggung jawab terhadap posisi dan ruang rekan yang ada disekitarnya. Perpindahan posisi serta rotasi pemain dengan cepat, merupakan ciri khas Atalanta yang sering kali membuat lawan kesulitan.

Atalanta Serie A Italia

Cairnya posisi pemain antar lini membuat satu pemain tidak hanya bertanggung jawab terhadap posisinya sendiri, melainkan bagaimana agar mereka bisa menutup dan mengisi ruang secara cepat dan taktis. Kelemahan dari skema permainan seperti ini adalah ketika menghadapi tim yang dimana pemain lawan jeli untuk melihat posisi kosong yang ditinggalkan, sehingga ketika itu terjadi maka proses transisi dari menyerang ke bertahan akan berantakan dan pemain lawan bisa langsung berhadapan dengan penjaga gawang.

Walau belum menghasilkan sebuah trofi, dalam sepakbola tidak ada yang mustahil, apalagi dari musim ke musim pencapaian Atalanta selalu naik. Musim ini untuk pertama kalinya mereka merasakan bermain di Liga Champion, bahkan lolos ke babak delapan besar setelah secara mengejutkan menyingkirkan Valencia.

Setidaknya, ini adalah awal yang baik untuk Atalanta membangun dinasti sepakbolanya di Italia. Mereka telah membangun fondasi yang kuat. Jika kedepannya tidak ada masalah atau perubahan secara mendasar, bukan tidak mungkin, kita akan melihat suatu saat nanti para pemain Atalanta akan berdiri diatas panggung dengan riuhnya konventi sambil menggenggam trofi yang mengilap yang bertuliskan: “Atalanta Bergamasca Calcio : CHAMPION”.