Sebagai Pesepakbola, tidak ada di dunia ini yang meragukan sedikitpun kehebatan seorang Zinedine Zidane. di dalam lapangan, ia bagaikan Orkestrator yang mengkreasikan alur permainan berdasarkan imajinasinya. semua gerak geriknya bersama si kulit bundar seakan tidak ada yang sia-sia dan memiliki makna. keindahan yang tidak akan pernah anda temukan di olahraga manapun selain sepakbola.
Sebagai seorang pemain, Zidane sudah barang tentu merupakan aktor penting, baik bagi klub, maupun tim nasional Perancis. Piala Dunia 1998 menjadi saksi sejarah atas kehebatan pemain yang akrab dengan sapaan zizou ini. dua golnya ke gawang Brazil yang bermula dari skema sepak pojok sekaligus menghantarkan tim ayam jantan menjuarai turnamen akbar empat tahunan tersebut, dan menjadi gelar perdana mereka semenjak keikutsertaan yang pertama pada tahun 1930. Karir sepakbolanya ia habiskan bersama dua kesebelasan besar Eropa, Juventus dan Real Madrid. disana ia berhasil membawa tim yang ia bela masing-masing meraih gelar hampir disetiap musimnya. berbagai gelar individual juga banyak berdatangan menghampiri, salah satunya tiga kali penghargaan FIFA Player Of The Year pada tahun 1998, 2000, dan 2003.
Perjalanan karir sepakbolanya yang fenomenal membuat banyak orang menjadikannya sebagai panutan dan inspirasi. tak terkecuali dari kalangan para pesepakbola dimasa sekarang. gelandang serang timnas Belgia, Eden Hazard menjadi orang yang paling mengagumi sosok Zinedine Zidane. Hazard bahkan mengakui jika gaya permainannya saat ini banyak meniru sang mega bintang asal Perancis itu ketika masih aktif sebagai pesepakbola. Bahkan, keberadaan Zidane di Real Madrid sebagai pelatih menjadi salah satu alasan terbesar baginya untuk pindah dari Chelsea dan bergabung dengan El Real diawal musim ini.
Sosok Zidane memberikan dampak yang luar biasa dalam dunia sepakbola, bahkan hingga saat ini. Setelah mengumumkan pensiun pada tahun 2006, kiprahnya di dunia sepakbola tidak berhenti begitu saja. ia aktif menjadi bagian dari Real Madrid diberbagai bidang, salah satunya sebagai Special Adviser pada tahun 2010, bekerja sama dengan Jose Mourinho, sang pelatih kepala saat itu.
Karirnya sebagai pelatih baru dimulai empat tahun setelahnya. Zidane resmi menjadi pelatih tim B Real Madrid, Castilla. dari sinilah Zidane belajar semuanya dari awal menjadi seorang pelatih. ia menangani tim muda untuk berkompetisi dengan berbagai tim muda lainnya di seantero Spanyol. sudah banyak lulusan dari Castilla dimusim itu yang kini bermain bagi tim senior Real Madrid, seperti Alvaro Fidalgo dan Fede Valverde. ada juga sebagian yang tengah dipinjamkan dan sudah dilepas ke klub lain, seperti Martin Ödeegard, Achraf Hakimi, Raul De Tomas, Sergio Reguillon dan Mario Hermoso.
Baca Juga : Meredupnya Sang Bintang Muda Portugal, Joao Felix
Baru pada 4 Januari 2016, Zidane resmi diangkat menjadi manajer tim Real Madrid, menggantikan Rafa Benitez yang dianggap kurang berkembang dan tidak mampu bersaing dengan rival abadi, Barcelona. desakan dari para pendukung juga menjadi faktor utama mengapa Rafa Benitez angkat kaki lebih cepat dari masa kontraknya. Diawal masa kepemimpinan Zidane semua berjalan dengan baik. rentetan hasil positif dicatatkan oleh Real Madrid di La Liga, salah satunya mengalahkan Barcelona di Camp Nou dengan skor akhir 1 - 2, Cristiano Ronaldo dan Karim Benzema masing-masing membubuhkan satu gol ke gawang Claudio Bravo. Selalu menjadi sebuah kebanggaan jika Real Madrid atau Barcelona bisa saling mengalahkan dikandang rival. di dalam ajang apapun.
Puncaknya, diakhir musim tersebut, Real Madrid berhasil menjuarai Liga Champion setelah difinal berhasil mengalahkan tim sekota, Atletico Madrid. pertandingan yang berjalan alot itu harus ditentukan hingga perpanjangan waktu, sebelum akhirnya berakhir ke babak adu penalti. di adu tos tosan Real Madrid keluar sebagai pemenang dimana lima penendang mereka berhasil mencetak gol, sedangkan dikubu Atletico Madrid, Juanfran gagal menyarangkan tendagannya dengan baik ke gawang Keylor Navas. ini menjadi gelar Liga Champion kesebelas bagi tim asal ibukota Spanyol tersebut.
Selama menangani Real Madrid, total Zidane telah mengemas 10 trofi, 3 diantaranya yang paling fenomenal 3 kali berturut-turut menjuarai Liga Champion, yaitu dimusim 15/16 hingga musim 17/18. Zidane menjadi salah satu dari tiga pelatih yang mampu menjuarai Liga Champion sebanyak 3 kali, bersama dengan Bob Paisley dan Carlo Ancelotti. bedanya, Zidane hanya membutuhkan waktu 2,5 musim untuk melakukannya, ketimbang Bob Paisley yang membutuhkan waktu 9 tahun, dan Carlo Ancelotti sebanyak 22 tahun.
Real Madrid menjadi kesebelasan yang paling banyak mengoleksi trofi Liga Champion dengan total 13 trofi, lebih banyak 6 trofi dibandingkan dengan AC Milan yang berada diposisi kedua. Dengan sederetan piala bergengsi tersebut, seharusnya sudah otomatis bisa dikatakan bahwa Zidane merupakan salah satu pelatih terbaik di dunia saat ini. tidak banyak pelatih yang bisa menyamai catatan gelar miliknya bersama dengan Real Madrid. terlebih ia melakukannya hanya dalam waktu yang singkat, yaitu hanya 2,5 tahun saja. Kegemilangannya sebagai pemain diikuti dengan kegemilangannya sebagai pelatih.
Tetapi, hingga saat ini, masih banyak orang yang menaruh keraguan terhadapnya, tentang apakah Zidane benar-benar bisa dikatakan sebagai pelatih yang hebat, sama dengan julukan yang disematkan kepadanya semasa menjadi pemain dulu. Lantas, benarkah sebagai pelatih, Zidane sama hebatnya sebagai seorang pemain?
Jika dibandingkan dengan pendahulunya, seperti Jose Mourinho, Zidane memiliki pencapaian yang lebih baik. dari segi perolehan trofi, Zidane jelas lebih banyak ketimbang Mourinho yang selama 3 musim di Bernabeu hanya bisa mempersembahkan 3 trofi. Dari 149 pertandingan, Zidane hanya mengalami 16 kekalahan, 104 menang, dan 29 seri. sedangkan Mourinho, dari 178 pertandingan, menelan 22 kekalahan, 128 kemenangan, dan 28 seri. Zidane menjadi pelatih Real Madrid dengan persentasi kekalahan terkecil, yakni hanya 11.5%.
Dibawah asuhan Zidane, Real Madrid tampil dengan filosofi menyerang. mengandalkan trio BBC (Bale, Benzema, Cristiano Ronaldo) yang saat itu menjadi salah satu trio paling berbahaya di Eropa. ditopang oleh dua gelandang kreatif, Luka Modric dan Toni Kroos, mereka benar-benar mampu menguasai Eropa, bahkan dunia. Tidak ada yang meragukan kekuatan skuat Real Madrid asuhan Zidane kala itu. dan perlu diakui, bahwa, Real Madrid saat itu merupakan tim sepakbola terbaik yang pernah ada dalam sejarah. Kemudian masalah datang ketika Cristiano Ronaldo pergi meninggalkan Real Madrid dan memilih untuk bergabung dengan Juventus. terjadi perubahan signifikan dikubu Real Madrid. satu yang sangat terlihat dan menjadi perbedaan yang besar adalah, hilangnya sisi produktivitas tim.
Terjadi perubahan yang mencolok, dimana hingga pertandingan terakhir La Liga dimainkan, Real Madrid hanya mampu mengemas 49 gol dari 27 laga. belum lagi menurunnya performa beberapa pemain kunci, salah satunya Gareth Bale dan Luka Modric, sehingga Real Madrid sering kehilangan poin-poin penting.
Disini bisa terlihat bahwa kemampuan Zidane untuk kembali membangkitkan performa timnya belum begitu baik. Kehilangan Cristiano Ronaldo benar-benar sangat krusial, namun bukan berarti tidak bisa sama sekali dicari penggantinya, karena tidak ada pemain yang lebih besar dari klubnya. hal ini yang belum diselesaikan sepenuhnya oleh Zidane. ia terlalu mengandalkan satu pemain, dan ketika Cristiano Ronaldo akhirnya hengkang, praktis komposisi dan skema tim jadi berantakan.
Kedatangan beberapa pemain yang diproyeksikan untuk menggantikan sosok Ronaldo hingga saat ini terbukti belum bisa memberi kontribusi sesuai dengan ekspektasi. Eden Hazard yang didatangkan dari Chelsea performanya sangat mengecewakan. Ia malah lebih sering bolak balik ruang perawatan karena sering mengalami cedera. Walaupun penampilan Rodrygo dan Vinicius Junior terbilang cukup menjanjikan, namun belum bisa untuk menggantikan peran yang sebelumnya diemban oleh Ronaldo. rasanya terlalu berat bagi anak-anak muda yang belum lama menetap di Eropa ini untuk segera mengambil peran dan bertanggung jawab dengan posisi sepenting itu.
Sebagai pemain, Zinedine Zidane adalah sosok sakral yang tidak bisa dilepaskan dari gaya permainan yang indah nan ajaib. ia adalah salah satu pemain terbaik di masanya. namun, untuk urusan melatih kesebelasan, ia harus melakukan pembuktian dengan keluar dari zona nyaman dan mengambil tantangan yang lebih beresiko. salah satunya ya dengan membangkitkan kembali Real Madrid tanpa seorang Cristiano Ronaldo..