Oleh : Ary Ditio Baihaqi (@arybaihaqi_10)
20 September 2019, malam itu di Manchester, tepatnya di Old Trafford, Manchester United menandai awal perjalanan mereka di Europa League menjamu klub yang berada jauh di Eropa timur, FC Astana dari Kazakhstan. Ini menjadi pertemuan perdana bagi keduanya sekaligus bagi kedua klub dari negara tersebut di sebuah ajang resmi.
(pict: skysports.com)
Bermain dihadapan pendukung sendiri, sudah pasti Manchester United yang mengambil inisiatif untuk menyerang, sementara FC Astana bertahan total sambil menunggu celah untuk melakukan serangan balik. Pertandingan yang diatas kertas seharusnya dimenangkan dengan mudah, justru sebaliknya, Manchester United berkali-kali mengalami kebuntuan. FC Astana menaruh hampir seluruh pemainnya di area sendiri, membuat Setan Merah yang skuadnya di dominasi oleh pemain muda terus menerus menemui kegagalan untuk membubuhkan angka dipapan skor.
Baca Juga : Perjuangan Atalanta Melawan Stigma Negatif Serie A
Terhitung ada dua peluang besar bagi Manchester United, pertama ketika tendangan Fred dari luar kotak penalti membentur mistar gawang bagian atas, kedua terjadi sebuah kemelut dan bola mengarah tepat ke Marcus Rashford yang berada persis di depan gawang, tendangan setengah volinya ditepis dengan baik oleh penjaga gawang FC Astana, Nenad Eric. Skor imbang menutup jalannya babak pertama.
Babak kedua tak ubahnya seperti jalannya babak pertama. Manchester United tetap kesulitan untuk membongkar pertahanan FC Astana. 72% penguasaan bola menandakan tim asuhan Ole Gunnar Solksjaer sejatinya telah menguasai pertandingan tersebut sepenuhnya. Para pemain mulai terlihat frustrasi seiring berjalannya waktu menuju 90 menit.
(pict: skysports.com)
Saat yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Berawal dari pergerakan Fred, ia membagi bola ke sisi kanan yang ditempati Mason Greenwood. Greenwood yang posisinya cukup bebas membawa bola dan mengelabui lawan sebelum akhirnya melakukan tendangan ke sisi kanan gawang. suasana seketika pecah dan sorak sorai dari para pendukung di stadion tumpah. Gol tersebut menjadi gol satu-satunya dipertandingan itu, dan Manchester United berhak atas 3 poin.
Hari itu menjadi hari yang tidak akan terlupakan bagi sang anak muda. Menjalani debut di kompetisi Eropa dan mencetak gol penentu kemenangan, sekaligus menjadi pencetak gol termuda bagi Manchester United sepanjang sejarah. Mulai saat itu, jalan karirnya mulai terlihat cerah. Meski lebih sering dihujani dengan hujatan dan cemoohan dari para pendukungnya, salah satu keputusan terbaik Ole adalah dengan memberi kesempatan kepada pemain muda untuk tampil di tim utama, Mason Greenwood adalah salah satunya. Sejak debut, Greenwood perlahan mulai masuk kedalam skema permainan walau lebih sering sebagai pemain pengganti.
(Pict: bt.com)
Greenwood terbilang cukup efektif ketika dimainkan, di Premier League hingga saat ini ia telah mengemas 9 gol dari 1146 menit bermain dengan detail 10 kali sebagai starter dan 19 kali sebagai pengganti. Di Europa League ia telah mengemas 5 gol dari 460 menit bermain dengan detail 5 kali sebagai starter dan 2 kali sebagai pengganti.
Musim ini Greenwood kerap menjadi solusi ketika terjadi masalah di lini depan. Walau usianya baru menginjak 18 tahun, ia sama sekali tidak menunjukan kalau dia adalah anak-anak. Permainannya di sisi kanan sangat luar biasa. Bahkan tidak sedikit yang menyamakan dirinya dengan penyerang legenda Belanda yang juga merupakan mantan pemain Manchester United, Robin Van Persie.
Greenwood memiliki modal besar sebagai pemain hebat di masa depan. Bakat alaminya sebagai penyerang berkembang dengan baik bersama Manchester United. Beberapa kelebihan yang membuatnya menonjol adalah ia memiliki ketenangan yang luar biasa. Sebagai pemain yang bahkan belum bermain penuh di tim senior selama satu musim, ia berani untuk berduel dan menguasai bola dengan tenang menghadapi tekanan dari pemain lawan. Hal ini bisa dilihat dari rendahnya angka Dispossessed per game Greenwood yaitu 0,4.
(Pict: thesun.co.uk)
Kemudian pemahaman taktik yang baik. Greenwood sangat piawai dalam mencari ruang. Pergerakan tanpa bolanya sering membuat lawan kewalahan karena cukup sulit untuk bisa mengimbangi kecepatannya. Ia juga sering memberikan ruang kepada rekannya dimana ketika lawan sudah tertarik maju meninggalkan posisi, disitu bola langsung diumpan kepada rekannya yang sudah lepas dari penjagaan. Sebagai penyerang ia juga memiliki keunggulan dengan kekuatan kedua kakinya yang sama baik, yang artinya ia bisa melakukan tembakan dari posisi manapun tanpa keterbatasan ruang.
Ketika anda menyaksikan Mason Greenwood, anda akan menyaksikan sesuatu yang tidak biasa diperlihatkan oleh pemain seusianya. Kombinasi antara teknik dengan pengambilan keputusan yang tepat menjadi keunggulannya. Gaya permainannya yang tidak terlalu sering berkutat dengan bola menjadikannya sebagai pemain yang efektif dan efisien.
Ole sebagai pelatih kepala harus bisa mengontrol Mason Greenwood yang sudah cukup banyak mendapatkan sorotan. Kebanyakan pemain yang telah mendapatkan tempat dipemberitaan utama akan cenderung bermain sesuka hati untuk bisa kembali mendapat pujian setiap minggu, yang terkadang mengindahkan instruksi dilapangan yang bisa membahayakan keseimbangan tim.
“Only the sky’s the limit. It’s up to him. He knows what he should do, can do and must do to keep on playing, but that’ll be between us.” ole to greenwood
Hal seperti ini yang sebelumnya harus bisa diantisipasi oleh Greenwood sendiri, dimana jangan sampai pemberitaan di media dapat mengganggu konsentrasinya di lapangan. Sebagai pemain muda yang baru menginjakan kaki dikerasnya dunia sepakbola profesional, ia masih perlu banyak waktu untuk pendewasaan diri dan menjadi lebih matang. Jangan sampai talenta yang dimilikinya tersia-siakan seperti yang sudah sering kita lihat.