5/08/21

Antiklimaks Musim Perdana Pirlo di Juventus

Oleh : Ary Ditio Baihaqi (@arybaihaqi_10)

Musim belum berakhir, tetapi Serie A telah menemukan siapa yang menjadi juaranya. Ya, bukan lagi si hitam putih atau berasal dari kota Turin, juara tersebut adalah Inter Milan. Seluruh penggemar di kota Milan, bahkan di dunia ikut merasakan euforia juara yang telah sangat lama tidak mereka rasakan. Terakhir perasaan itu hadir yaitu pada musim 2009/10, dimana saat itu adalah era kejayaan mereka.

Juventus Andrea Pirlo Serie A

Dibalik semua kegembiraan itu tersimpan kekecewaan yang mendalam dari sang rival, Juventus (selain AC Milan juga tentunya). Mereka gagal untuk mempertahankan gelar seperti yang telah dilakukan selama 9 musim belakangan. Walau telah mengamankan trofi Supercoppa diawal musim, tak cukup rasanya untuk mengobati sakit yang dialami.

Kehilangan gelar liga menjadi sesuatu yang sulit untuk diterima oleh para fans, apalagi target utama menjuarai Liga Champion juga lagi-lagi meleset. Tidak ada kata lain bahwa Juventus musim ini memang mengalami penurunan performa yang berdampak pada prestasi.


Orang yang paling merasa bertanggung jawab atas semua ini tentu saja sang pelatih, Andrea Pirlo. Pasalnya semua ini terjadi pada masa kepemimpinannya di klub yang baru seumur jagung.

Pirlo baru memegang jabatannya sebagai pelatih awal musim ini setelah menggantikan Maurizio Sarri yang dinilai sudah tak sepaham dengan manajemen. Penunjukan Pirlo sebenarnya cukup menarik, karena sebelumnya ia baru saja teken kontrak sebagai pelatih Juventus U-23 yang berlaga di Serie C, beberapa hari setelahnya manajemen segera memberikan kenaikan pangkat untuknya menangani tim senior.

Dukungan mengalir dari berbagai kalangan mulai dari manajemen hingga rekan seprofesi. Fabio Paratici menganggap bahwa Pirlo adalah sosok yang tepat untuk membawa Juventus berjaya dimasa depan. "Keputusan [penunjukan] Pirlo sangat wajar, dengan gaya Juventus, karena dia adalah orang yang pernah bermain untuk kami, selalu berhubungan dengan semua orang di sini dan itu terasa wajar".

Mau Tulisan Kamu di Posting di Counterattack Football Blog? Yuk Jadi Guest Blog, kirim naskah kamu ke counterattackina@gmail.com sekarang!

Yang masuk akal juga dibalik penunjukan Pirlo sebagai pelatih karena melihat tren saat ini dimana banyak pemain yang melatih mantan klubnya seperti Frank Lampard di Chelsea, Mikel Arteta di Arsenal, dan Zinedine Zidane di Real Madrid. Masa awal kepelatihan Pirlo memang cukup menjanjikan ketika mereka berhasil mengalahkan Napoli dan membawa pulang trofi Supercoppa Italia.

Sekilas memang seperti tidak ada yang keliru dari Juventusnya Pirlo, tetapi jika kita coba bandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Sarri musim lalu kita bisa melihat perbedaannya. Musim ini Juventus lebih sering kehilangan poin penting dibeberapa laga. Hingga pekan ke-34 Cristiano Ronaldo dan kolega telah mengalami 9 hasil seri dibandingkan musim lalu yang hanya 5 kali.

Inkonsistensi ini sering membuat Juventus jadi ketinggalan langkah, beberapa pertandingan yang seharusnya menjadi tiga poin aman justru berbalik menjadi situasi yang akhirnya tidak menyenangkan, salah satunya ketika mereka harus mengaku kalah dari tim papan bawah Benevento dipekan ke-28.

Penurunan juga terjadi dari sisi produktivitas, dimana musim ini mereka menciptakan 67 gol berbanding dengan jumlah gol musim lalu yaitu 72 gol. Hal ini karena berkurangnya kontribusi dari beberapa pemain seperti Paulo Dybala yang musim lalu bisa mencetak 11 gol musim ini berkurang drastis dengan hanya 3 gol. Penyebabnya karena cedera yang kini tengah dialaminya.

Ketergantungan dengan Cristiano Ronaldo masih sangat terasa, bahkan mereka hanya mampu menang 2 kali dari 6 laga tanpa sang penyerang asal Portugal musim ini.


Serie A selalu dianggap sebagai kompetisi yang sudah ada digenggaman Juventus bahkan sebelum musim itu dimulai. Hal ini wajar karena dari segala aspek mereka memang lebih superior dari kontestan lainnya mulai dari segi finansial maupun segi materi pemain yang dimiliki. Maka ketika Max Allegri atau Maurizio Sarri yang tetap menjuarai Serie A saja masih dianggap tidak kompeten, bagaimana dengan Pirlo musim ini?

Andrea Pirlo adalah sosok yang sangat dihormati oleh seluruh elemen di Juventus. Sebuah kebanggaan tersendiri ketika seorang yang telah dianggap legenda sepertinya turun langsung untuk menangani tim. Tetapi harus diakui bahwa ia belum sepenuhnya siap untuk memikul beban dan memenuhi ambisi klub sebesar Juventus.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pengalaman melatih yang minim menjadi salah satu alasan mengapa Pirlo tidak mampu untuk membawa timnya perform musim ini. Di sebuah kompetisi yang dinamis seperti liga tim yang memiliki persiapan lebih baik akan meraih hasil yang maksimal, untuk musim ini Pirlo terlihat belum mampu membawa timnya berprogres seperti yang diharapkan, sementara tim yang lainnya telah melakukan perubahan besar-besaran untuk mengejar ketertinggalan seperti Inter, AC Milan, bahkan Atalanta.

Musim ini menjadi alarm tanda bahaya bahwa posisi Juventus sudah mulai bisa diusik oleh lawannya. Perlu ada tindakan antisipasi yang tepat agar gap yang mulai tersusul bisa segera dipangkas kembali. Pirlo boleh menjadikan musim ini sebagai pelajaran yang berharga bagi karir kepelatihannya, masalah masih dipertahankan atau tidak, yang penting ia sudah mulai terbiasa hidup dibawah tekanan sebagai pelatih, bukan lagi sebagai pemain.