Oleh : Ary Ditio Baihaqi (@arybaihaqi_10)
Siapa yang suka menghabiskan waktu senggangnya
berjam-jam dengan bermain video gim? Rasanya mayoritas dari pembaca artikel ini
akan menjawab dalam hati dengan mengatakan “saya”. Jika kamu bukan termasuk dalam
golongan yang tadi disebutkan, setidaknya kamu pasti pernah memainkan sebuah video
gim entah itu di konsol, komputer, atau di ponsel. Kalau dulu kita harus pergi
ke rental atau warnet untuk bermain sebuah gim, sekarang dengan kemajuan
teknologi dan informasi, tak perlu susah-susah karena hanya dengan bermodal ponsel
saja kita sudah bisa memainkan gim sesuai dengan genre yang kini semakin
variatif.
Bicara soal gim sepakbola, kita akan dengan
mudah menemuinya. Berbagai modifikasi dilakukan dan di desain agar dapat
menarik minat pemain gim. Mulai dari bermain sebagai tim, sebagai kepala
pelatih, bahkan menjadi si pemain itu sendiri. Semua hadir dengan keunikannya
masing-masing. Tapi, kalau mau mencari siapa yang lebih populer rasanya kita
akan memilih FIFA dan PES menjadi juaranya. Keduanya menjadi penggagas dan terdepan
soal gim sepakbola modern dan tidak jarang keduanya terlibat persaingan yang ketat.
Sampai saat ini memang belum ada narasi yang
mengatakan siapa diantara FIFA atau PES yang terbaik, karena memang keduanya
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga pada akhirnya tergantung
dari preferensi para pemain video gim itu sendiri ingin seperti apa mereka
menginginkan sebuah gim sepakbola itu dibuat. Dan, di tulisan ini, kita akan
membicarakan gim sepakbola FIFA dengan segala dinamikanya.
Baca Juga : Kemilau Bintang Muda Britania, Mason Greenwood
FIFA merupakan franchise gim sepakbola besutan
developer asal Amerika Serikat, Electronic Arts biasa disingkat EA. Sebagai
developer gim yang identik dengan olahraga, selain sepakbola EA juga membuat gim
dengan pilihan olahraga yang beragam, seperti Bola Basket, American Football, Cricket, UFC, bahkan Racing. FIFA pertama kali
muncul kepermukaan yaitu pada tahun 1993 dengan tajuk FIFA Internasional
Soccer, sejak saat itu, FIFA dianggap sebagai sebuah revolusioner dalam urusan
gim sepakbola. Disetiap edisi, FIFA selalu menawarkan sebuah kemajuan baik itu
dari sisi grafis gimnya maupun dari sejumlah fitur yang bisa dimainkan, yang
menjadikannya semakin menarik.
Walau dihadapkan dengan berbagai kendala, dan
dengan bermunculannya pesaing baru yang cukup kompetitif, nyatanya hingga saat
ini, FIFA selalu identik dengan gim sepakbola yang unik dan menarik. Terbukti
pada tahun 2019, Guinness World Records menjadikan FIFA sebagai gim olahraga
dengan penjualan terbanyak di dunia dengan catatan 282,4 juta kopi. Hal ini
semakin mengukuhkan posisi FIFA sebagai pilihan utama bagi para gamers yang ingin memainkan gim
bertemakan sepakbola.
Masalah lisensi juga tak jarang menjadi
pembanding mengapa FIFA lebih dipilih banyak orang ketimbang gim lainnya
seperti PES, yang sebenarnya menawarkan gameplay
yang berbeda, bahkan sebagian orang mengatakannya lebih realistis. Namun
FIFA dengan lisensi ekslusifnya dengan beberapa liga top eropa menjadikannya lebih
menarik untuk dimainkan. Selain liga eropa tentu kita juga bisa memainkan tim dari
berbagai liga yang tidak biasa seperti Jepang, Korea Selatan, Saudi Arabia,
Polandia dan masih banyak lagi.
Pemain FIFA tidak datang hanya dari kalangan
penikmat sepakbola saja, melainkan orang-orang yang memang gemar memainkan
segala jenis genre gim. Bahkan, ada yang sebelumnya tidak begitu mengikuti
sepakbola, tetapi setelah memainkan gimnya, ia jadi banyak tahu tentang pemain
dan taktik dalam sepakbola.
Para pemain FIFA seperti yang tadi sudah
disebutkan datang dari berbagai kalangan, bahkan dari pesepakbola itu sendiri.
Seperti yang kita tahu banyak pesepakbola terkenal yang mengunggah aktivitas
bermain gimnya di media sosial. Mereka bermain dikala waktu istirahat setelah melewati
rutinitas pertandingan dan padatnya jadwal latihan. Bermain gim menjadi salah
satu cara untuk mengusir perasaan jenuh tersebut, walaupun secara harfiah sebenarnya
mereka tidak sepenuhnya beristirahat karena ketika bersantaipun kembali
berhadapan dengan yang namanya sepakbola, tentunya dalam sebuah video gim.
FIFA bagi sebagian pesepakbola, sudah bukan
seperti layaknya video gim. FIFA selayaknya sudah menjadi bagian dari hidup
mereka sendiri. Karena jika bukan begitu, tentu Romelu Lukaku dan Mitchy
Batshuayi tidak seharusnya memiliki alasan untuk sebel dan jengkel setelah melihat poin dan atribut yang diri mereka
dapatkan di edisi terbaru FIFA. Atau mengapa Tammy Abraham dan Rhian Brewster
yang termotivasi untuk terus berlatih dan mengembangkan kemampuannya agar
mendapatkan poin atribut yang lebih baik di edisi terbaru FIFA. Jika sudah
begitu, maka FIFA memang sudah tidak bisa dikatakan sebagai sebuah video gim
biasa, melainkan menjadi gaya hidup bagi sebagian pesepakbola.
Beberapa bulan lalu ketika virus korona tengah
menyebar dengan cepat dimayoritas negara eropa, sepakbola sempat dihentikan
beberapa minggu untuk mencegah penyebaran menjadi lebih ganas. Tak hanya
sepakbola, seluruh aktivitas yang mengandung unsur orang banyak praktis
seketika mati suri. Kehidupan kemudian berjalan tidak seperti biasanya. Keluar
harus menggunakan masker, lebih sering cuci tangan, dan menjaga jarak satu sama
lain. Sungguh tidak pernah terbayangkan hal seperti ini akan terjadi kan?
Untuk mengisi kekosongan tersebut, Liga Primer
Inggris bersama dengan EA mengadakan sebuah turnamen gim FIFA yang diberi judul
“ePremier League Invitational Tournament”. Peserta berasal dari kontestan Liga
Primer Inggris di mana setiap tim mengirimkan satu wakilnya, kemudian bermain
dalam sistem gugur yang akhirnya akan menyisakan dua finalis untuk memperebutkan
gelar juara.
Tim yang berhasil menuju partai final adalah
Wolverhampton yang diwakili oleh Diogo Jota, dan Liverpool yang diwakili oleh
Trent-Alexander Arnold. Laga final ini berlangsung cukup alot karena baik Jota
maupun TAA bermain dengan hati-hati. Jota bermain dengan sabar membangun
serangan dari belakang, sementara TAA bermain lebih kedalam dan menunggu
kesempatan serangan balik. Di akhir laga Diogo Jota keluar sebagai juaranya,
dan pada akhirnya mereka berdua menjadi rekan satu tim di kehidupan nyata.
FIFA juga sering dijadikan sebagai ide sebuah konten
bagi beberapa tim untuk mengisi feed media
sosial, seperti Chelsea dan Leeds United. Dalam video yang dibuat oleh
masing-masing tim tema-nya tidak jauh berbeda, yaitu melihat ekspresi dan
pendapat mereka mengenai rating yang mereka dapatkan di edisi FIFA terbaru. ada
yang kecewa dan ada yang menertawakan satu sama lain perihal rating yang di
dapatkan masing-masing pemain. Walau hanya sekedar konten, pada akhirnya FIFA
sudah berhasil masuk menjadi satu bagian yang diperhitungkan bahkan
diperhatikan oleh pesepakbola itu sendiri.
Video gim nyatanya bukan
hanya menjadi sebuah media hiburan semata, beberapa dari pesepakbola bahkan
juga menjadikan video gim sebagai referensinya dalam bermain sepakbola dikehidupan
nyata. Hal ini diungkapkan oleh Marco Amelia pada tahun 2008 ketika masih
membela Palermo. Saat itu timnya berhadapan dengan AC Milan.
Dalam sebuah pertandingan dengan skor masih sama kuat, ia berhasil menggagalkan eksekusi penalti Ronaldinho, dan
setelah itu ia mengaku bahwa keberhasilannya tak lepas dari ia yang sering
berhadapan dengan situasi tersebut sebelumnya di video gim. dipertandingan yang sama, Amelia dihadapakan kembali dengan penalti dimana Ronaldinho masih menjadi penendang, namun kali ini tendangan masuk ke gawang, kemudian Amelia menambahkan "saya hampir menggagalkan tendangan yang kedua, tapi rasanya sudah cukup saat itu".
Pemain sayap
Everton, Alex Iwobi juga pernah mengatakan bahwa FIFA menjadi referensi dalam
mengembangkan gaya bermain, dilansir dari The New York Times. “Dia (Aiden
McGeady) memiliki gerakan yang ingin saya coba praktikan didalam lapangan”. Aiden McGeady merupakan pemain sayap asal Republik Irlandia yang telah malang melintang dipersepakbolaan inggris.
Kemudian ada Antoine Griezmann yang diketahui rutin bermain gim Football Manager besutan Sport Interactive. Pemain Barcelona ini memperlihatkan tim yang dilatihnya, Arsenal di media Sosial Twitter.
Bermain video gim selain sebagai media hiburan
juga mempunyai dampak positif terhadap kesehatan. Menurut penelitian yang
dilansir dari Palo Alto Medical Foundation mengatakan bahwa dengan bermain
video gim mampu mengembangkan kemampuan berpikir seseorang secara abstrak.
Bermain video gim juga dapat merubah struktur fisik otak sama halnya ketika
kita sedang memainkan sebuah alat musik yang membuat otak kita bekerja, tentu
dengan porsi yang seimbang. Di era modern seperti sekarang rasanya bukan menjadi hal yang aneh ketika sesuatu dijadikan sebagai sebuah obsesi bagi sebagian kalangan, contohnya video gim. Sekarang tergantung dari masing-masing individu menyikapinya seperti apa.
Di tangan orang yang tepat video gim bisa menjadi hal positif sebagai media pelecut semangat dan pengembangan diri ke arah yang lebih baik. di tangan orang yang salah video gim hanya sebatas menjadi media hiburan yang cenderung menghabiskan waktu dan malah menggeser esensi dari video gim itu sendiri sebagai pengisi waktu senggang. Hal ini bukan hanya berlaku untuk video gim saja tapi untuk segala hal yang berhubungan dengan manusia dan lika liku kehidupannya.