Oleh : Ary Ditio Baihaqi (@arybaihaqi_10)
Kisah perjalanan Carlo Ancelotti di Napoli layaknya sebuah kapal yang terus menerus dihantam ombak besar, diterjang batu karang. Sepeninggalan Maurizio Sarri, Napoli seperti kehilangan taringnya. Dari yang awalnya mampu bersaing ketat dengan Juventus dalam perburuan gelar juara, dimusim selanjutnya dibawah Ancelotti, Juventus bisa lebih nyaman dalam mengamankan gelar juara untuk kesekian kalinya, karena Napoli yang sering kali tersandung dibeberapa laga yang membuat mereka kehilangan poin-poin krusial.
Diberi kesempatan, Ancelotti kembali menyambut musim baru dengan target yang sama seperti musim sebelumnya. menjadi penantang gelar Serie A. Demi memenuhi ambisi itu, kucuran dana segar mengalir untuk mendatangkan beberapa pemain yang mendukung. Nama tersebut diantaranya, Kostas Manolas, Hirving Lozano, Eljif Elmas dan masih banyak lagi. Ini juga bagian dari rebuilding klub yang digagas manajemen dan Ancelotti untuk menghadapi musim kompetisi setidaknya hingga 2 tahun kedepan.
Baca Juga : Manchester United dengan segala permasalahannya
Namun terjadi kendala ditengah perjalanan. Bukan semakin baik malah semakin menjadi. Tercatat Napoli pernah tidak merasakan kemenangan di 9 pertandingan beruntun disemua kompetisi, terhitung sejak akhir oktober hingga awal desember, yang membuat mereka harus tercecer dipapan tengah klasemen Serie A. isu mengenai pemecatan Ancelotti kian merebak setelah perseteruan antara para pemain dengan manajemen mencuat ke permukaan. Dan pada akhirnya, isu pemecatan itu akhirnya jadi kenyataan.
Tak perlu waktu lama bagi Ancelotti untuk menemukan pekerjaan baru, 21 desember 2019, Everton resmi mengamankan tanda tangan pelatih asal Italia tersebut. Bagi Everton jelas merupakan sebuah kebanggaan ditangani oleh pelatih sekaliber Carlo Ancelloti. Bagi Ancelotti sendiri ini menjadi pengalaman baru menangani tim medioker, hal ini menimbulkan ribuan pertanyaan dari para pundit diseluruh dunia, apa Carlo Ancelotti mampu menggapai sukses bersama Everton?
Tugas Ancelotti di Everton sedikit dimudahkan karena Duncan Ferguson telah memperbaiki beberapa kerusakan yang telah terjadi, salah satunya dengan menaikan kembali mental para pemain dengan mengalahkan Chelsea di lanjutan Liga Primer Inggris. Dalam sebuah wawancara, Ancelotti mengatakan bahwa pekerjaannya tidak terlalu berat karena ia tidak perlu mengubah filosofi klub, Everton dari awal telah memiliki visi yang jelas, jadi yang harus dilakukannya kini adalah bagaimana menjaga dan memastikan agar tujuan tersebut berada dijalur yang tepat.
Koneksi antara Duncan Ferguson dan Carlo Ancelotti dirasa juga cukup baik, apa yang telah dirancang oleh Duncan sebelumnya dilanjutkan kembali oleh Ancelotti dengan sedikit perubahan. Pola formasi 4-4-2 bisa dibilang menjadi titik balik bangkitnya Everton. Mereka jadi lebih bisa menyesuaikan taktik sesuai dengan apa yang ditampilkan oleh lawannya terlebih dulu.
Beberapa perubahan yang dilakukan oleh Ancelotti salah satunya dengan mengubah mindset permainan menjadi lebih menyerang dan lebih banyak menghasilkan peluang. Dan hal ini pun berhasil. Berdasarkan data yang dilansir oleh Opta, rataan menciptakan peluang mencetak gol Everton naik drastis, dari yang sebelumnya hanya 1,9 perlaga menjadi 2,9 dari 7 laga dibawah Ancelotti. Realistisnya hal ini tentu bisa terjadi, karena secara materi, Everton memiliki cukup banyak opsi pemain dengan atribut menyerang yang baik.
Gaya melatih Ancelotti juga dirasa tidak terlalu membebani pemain. Mereka terlihat lebih santai dan antusias disetiap sesi latihan. Kedekatannya dengan pemain menjadi sebuah sinergi yang secara positif berdampak dilapangan, mereka menjadi lebih kompak dan solid antara satu sama lain. Kepercayaan penuh kepada pemain dibayar tuntas oleh permainan impresif, salah satunya terciptanya koneksi antara Richarlison dan Calvert-Lewin bagi lini depan Everton. Kini mereka menjadi duet maut dalam skema formasi 4-4-2. Yang terbaru, keduanya saling menciptakan gol kala menumbangkan Crystal Palace di Goodison Park.
Richarlison dan Calvert-Lewin bagai saling melengkapi satu sama lain. Richarlison dengan kecepatan dan skill olah bolanya yang diatas rata-rata, mampu menciptakan malapetaka bagi lini pertahanan lawan. Selain itu, ia juga dapat menciptakan peluang bagi pemain lainnya untuk mencetak gol. Calvert-Lewin adalah tipe penyerang yang sangat disukai oleh Ancelotti. Penempatan posisi yang baik dilengkapi dengan penyelesain akhir yang sama baiknya menjadi senjata utama. Apalagi diusia keduanya yang masih muda, banyak hal yang masih bisa mereka lakukan untuk dapat meningkatkan kemampuannya.
(pict: thetelegraph.co.uk)
Richarlison menjadi pusat perhatian berkat penampilannya, bahkan Barcelona hingga kepincut dan dikabarkan telah menyiapkan dana besar untuk memboyongnya. Namun, Carlo Ancelotti dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa Richarlison akan menjadi pemain penting di Everton dan ia tidak akan membiarkan penyerang asal Brazil itu hengkang kemanapun.
Kegemilangan Everton hingga kini telah membawa mereka mendekati zona Eropa. Tanpa diduga, dari yang awalnya berada dipapan bawah kini menjadi pesaing memperebutkan tiket kompetisi Eropa. Tentu bukan hal yang mudah, karena mereka dikelilingi oleh klub-klub besar seperti Tottenham, Arsenal, dan Manchester United. Tapi Everton tidak perlu minder karena Sheffield United dan Wolves telah membuktikan lebih dulu bahwa status klub bukanlah halangan berarti untuk bersaing dipapan atas.
Kini Everton harus bisa mempertahankan permainan mereka jika ingin mengakhiri musim di zona Eropa. Konsistensi menjadi kunci keberhasilan setiap tim. Mereka juga harus tanggap dalam menghadapi perubahan yang cepat di Liga Primer Inggris, baik itu dari segi taktik maupun pemain. Saat ini bisa saja mereka menikmati hasil dari perubahan yang dilakukan oleh Ancelotti, tapi tidak ada yang tahu sebulan atau dua bulan kedepan seperti apa karena semua tim akan selalu mencoba berbagai cara untuk saling mengalahkan. Everton harus mempersiapkan “rencana B” alih-alih apa yang tengah mereka tunjukan saat ini sewaktu-waktu menemui jalan buntu.